SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Sabtu, 31 Oktober 2020 12:24
Tinggal Sendirian, Sempat Berteriak saat Subuh, Ternyata Nenek Cahaya sudah Tewas
JENAZAH: Jenazah korban dievakuasi petugas menggunakan mobil ambulance dari rumah korban di Gang Beringin, Sampit, Jumat (30/10).(HENY/RADAR SAMPIT )

SAMPIT - Seorang nenek bernama Cahaya, warga Jalan Baamang I, Gang Beringin, Kelurahan Baamang Hulu, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), ditemukan tak bernyawa di rumahnya. Diduga nenek berusia 67 tahun ini menjadi korban perampokan menjelang adzan subuh pukul 04.15 WIB, Jumat (30/10).

Menurut informasi yang dihimpun Radar Sampit, korban hidup sebatang kara setelah suaminya meninggal sekitar 10 tahun yang lalu. Rumah model lama berbahan konstruksi kayu dengan dilengkapi dua kamar tersebut kabarnya sudah dihuni korban sekitar 40 tahun.  

"Saya baru saja datang mendengar kabar dari keluarga Acil Icah (sapaan akrab korban) meninggal dirampok orang," ucap Siti Nurjanah (39), keponakan korban yang tinggal di Gang Marikit, Sampit.

Menurut informasi yang didengarnya dari warga, korban bangun menjelang adzan subuh untuk wudhu.

"Sepertinya niat ambil wudhu mau salat subuh dan ada yang memukul dari belakang sampai tersungkur ke lantai," ucap Siti.

Siti menduga pelaku sudah lama mengincar korban lantaran memiliki emas yang dikenakan di tubuhnya.

"Acil memang punya banyak emas yang dipakai di badan. Semua emasnya yang dikenakan jenis emas amerika. Saya menduga pelaku mengincar itu (emas)," katanya.

Sementara itu, Ermidah (35), tetangga yang berada persis di belakang rumah korban, tepatnya menghadap ke arah barat, mengaku mendengar suara teriakan.

"Sekitar jam dua subuh dengar motor lewat dan sebelum waktu subuh saya memang mendengar ada teriakan. Tapi namanya masih setengah sadar dari tidur. Suaranya samar-samar saja terdengar," ujar Ermidah.

Miah (42), warga yang tinggal di Gang Beringin tak jauh dari rumah korban juga mengaku mendengar suara teriakan.

"Ada suara teriakan dan hentakan langkah batis (kaki). Tetangga di gang sebelah juga dengar. Saya kira tetangga lagi memukul anak yang rewel, ternyata Nini (Nenek) Icah meninggal dirampok orang," ujar Miah.

Miah yang memiliki keterkaitan keluarga dengan korban akhirnya datang  bersama Natu, Iyun, dan Lena menghampiri rumah korban sekitar pukul 05.30 WIB.

"Suami saya keponakan Nini Icah. Sambil bergetar lintuhut (lutut) enggak biasa melihat kejadian seperti ini, saya bersama keluarga yang lain berempat Amang Iyun, Lena dan Iyun mengecek rumah Nini," ungkap Miah.

Setiba tepat di rumah korban yang berjarak sekitar 25 langkah dari rumah Miah, pintu masih dalam kondisi terkunci.

"Pintu depan masih dikunci, tapi tirai gorden sudah terbuka. Mang Natu dobrak pintu kunci gemboknya dan melihat Nini sudah terjatuh tengkurap di dapur dekat meja makan," kata Miah.

Dirinya mencoba menggerakkan tubuh Nini Icah yang masih disangkanya hanya pingsan.

"Sambil bergetar lutut mencoba menggerakkan lengan beliau dan bilang ke Kak Lena kayanya beliau hanya pingsan atau kesentrum listrik," ucap Miah.

Namun sangkaannya berubah setelah melihat pintu dalam keadaan separuh terbuka.

"Dugaan saya Nini mau ambil air wudhu lalu membuka pintu. Atau ada yang mengetuk, lalu Nini bukakan pintu sorokan (penghalang terbuat dari kayu yang dipasang melentang sebagai pengunci pintu)," ujarnya.

Tak jauh dari korban, Miah melihat gigi palsu korban terlepas dan menemukan bercak di sekitar wajah.

"Kami mulai curiga kuat Nini benar-benar jadi korban perampokan. Biasanya Nini pakai emas di badan, ini sudah enggak ada," ujarnya.

Di sisi lain, Miah melihat pintu kamar yang setengah terbuka dan terlihat lemari dalam keadaan berantakan seperti usai digeledah.

"Enggak berani masuk. Cuma menilik dari pintu, lemari sudah berantakan," ucapnya.

Miah dan pihak keluarga sudah berulang kali mengingatkan agar korban jangan menggunakan emas yang menarik perhatian orang.

"Kami keluarga sudah ingatkan beliau jangan pakai emas yang terlalu mencolok dan kalau ada yang mengetuk tanpa sebut Nini jangan dibukakan pintunya," ujarnya.

Semasa hidupnya, Miah mengenal sosok keseharian korban selalu taat dan jarang meninggalkan salat lima waktu.

"Beliau saya akui jarang meninggalkan salat dan kadang-kadang ke Masjid," ujarnya.

Lain halnya dengan Suhaimi (46) tetangga yang tinggal persis di depan rumah korban justru tak mendengar ada suara teriakan.

"Saya enggak mendengar karena berada di belakang dengan pinggir banyu subuh itu," ucap Suhaimi.

Suhaimi yang memiliki kios mengaku sering dikunjungi korban untuk membeli kebutuhan sehari-hari, seperti beras dan pulsa.

"Istri saya (Narsiah) keponakan almarhumah. Beliau juga sering belanja kebutuhan sehari-hari ke sini," katanya.

Suhaimi mengatakan, korban sosok yang gemar berolahraga, yakni jalan pagi di sekitar rumah.

 

"Dulu sebelum virus korona menyerang Sampit, beliau aktif ikut senam lansia setiap satu minggu sekali. Tetapi, saat masa korona beliau lebih sering jalan kaki saja ke sekitar rumah," ujarnya.

Suhaimi mengatakan, aktivitas korban sehari-hari hanya di rumah, jalan kaki dan tidak bekerja.

"Sehari-hari di rumah saja tidak bekerja. Tetapi, yang saya ketahui beliau cukup berada. Setiap tiga bulan sekali mendapat hasil dari panen kelapa di Samuda. Uang itulah yang memenuhi kebutuhan beliau sehari-hari," ungkapnya.

Durahman (65) adik bungsu korban mengaku baru tahu kakak satu-satunya meninggal dunia setelah menerima telepon dari tetangga bahwa.  Dirinya sudah berkali-kali menawarkan agar kakaknya ikut bersama dirinya. Namun, almarhumah enggan tinggal serumah karena tidak ingin merepotkan.

"Suaminya sudah meninggal sekitar 10 tahun lalu dan sejak itu sudah saya ajak tinggal ke tempat saya tapi almarhumah menolak," ungkap Durahman saat ditemui Radar Sampit di Ruang Jenazah RSUD dr Murjani Sampit.

Durahman mengaku jarang menemui kakaknya karena setiap hari disibukkan bekerja menjadi seorang petani di Kecamatan Tanah Mas, Kabupaten Kotim.

"Almarhumah tinggal sebatang kara. Enggak punya anak. Dulunya anak saya yang ketujuh dari istri pertama saya diangkat anak oleh kakak saya. Sekarang Ati kerja di sawitan. Jadi, beliau hidup sendiri," ungkap pria yang memiliki sembilan anak ini.

Durahman mengatakan, kakaknya memiliki usaha kebun kelapa di wilayah Samuda yang di masa dulu dikelola bersama almarhum suaminya. Namun, selama kepergian suaminya, kebun kelapa dikelola oleh keponakan dari suaminya.

"Tiap minggu sering diantar uang dari hasil panen kebun kelapa. Per tiga bulan pendapatan hasil kebun kelapa sekitar Rp 20 juta hingga Rp 30 juta," ujarnya.

Selain itu, Durahman mengatakan bahwa kakaknya memiliki banyak perhiasan emas yang dikenakan.  Perhiasan kalung 50 gr, gelang di kanan 35 gr, belum di tangani kiri, cincin dan giwang. Totalnya kurang lebih yang dipakai di badan sekitar 100 gr.

”Belum lagi simpanan perhiasan koleksi emas yang lain masih banyak," ungkapnya.

Selepas kepergian kakaknya, Durahman mengingat masa kecil di mana keduanya dilahirkan dimana rumah korban berada. Namun, saat dia masih berada di bangku kelas 3 SD ayahnya meninggal dunia dan disusul ibunya enam bulan setelahnya.

"Rumah itu warisan orang tua. Kami dilahirkan di situ. Sejak kecil sudah yatim piatu dan ikut di tempat saudara mama di Gang Beringin yang dulu belum ada nama gangnya," ujarnya.

Dia berharap pelaku dapat segera ditemukan sehingga keluarga dapat hidup dengan tenang.

"Saya sudah pasrah. Saya hanya berharap pelaku segera ditemukan dan dihukum seadil-adilnya," tegasnya.

Kapolres Kotim AKBP Abdoel Harris Jakin yang juga terlihat berada di lokasi kejadian mengatakan, dari hasil olah tempat kejadian perkara dan dari hasil keterangan saksi-saksi mendengar suara teriakan sekitar pukul 04.30 WIB.

"Dari keterangan saksi-saksi di TKP sekitar pukul 04.30 WIB ada terdengar suara teriakan dan suara seperti benda jatuh," kata Harris saat berada di TKP didampingi AKP Ratno, Kapolsek Baamang.

Harris menduga bahwa korban meninggal karena adanya tindakan kriminal pencurian dengan kekerasan.

"Korban ditemukan meninggal dan diduga menjadi korban pencurian dengan kekerasan karena ada beberapa barang berharga perhiasan korban yang hilang," ujarnya.

Harris mengatakan korban ditemukan dalam kondisi tertelungkup mengenakan baju daster motif kembang dengan kepala miring ke kanan dan mengeluarkan darah pada telinga bagian kiri korban dan ditemukan gigi palsu tak jauh dari tubuh korban.

"Mohon doa restu. Bismillah, semoga kasus ini dapat kami pecahkan secepatnya," tegasnya.

Pantauan  Radar Sampit, Jumat (30/10) pagi sekitar pukul 18.00 WIB sejumlah warga terlihat memadati rumah korban dan tak lama anggota kepolisian datang melakukan olah TKP dan memasang police line. Jenazah korban lalu diangkut oleh tim relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kotim bersama Sampit Resque ke RSUD dr Murjani Sampit untuk dilakukan tindakan visum lebih lanjut.

Kepala Ruang Jenazah RSUD dr Murjani Sampit Ferdinan Kastro mengatakan, hasil visum yang dilakukan dr Steven, ditemukan keretakan pada bagian kepala belakang sebelah kanan dan mengeluarkan darah pada kuping.

"Ada keretakkan otak pada bagian belakang sebelah kanan. Diduga karena dipukul menggunakan benda tumpul dari belakang," kata Kastro.

Setelah dilakuian visum korban lalu dibawa ke rumah duka di Gang Kembali, tepatnya di kediaman Durahman, adik bungsu korban. (hgn/yit)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers