SAMPIT – Pengelola dan pengusaha stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kotawaringin Timur diminta mengikuti kebijakan pemerintah terkait turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar yang berlaku mulai Selasa (5/1).

”Ini penting diingatkan agar masyarakat juga tahu. Pengusaha dan pengelola SPBU agar menaati penurunan harga yang sudah mulai berlaku 5 Januari 2016 ini.  Itu peraturan kementerian, harus ditaati,” kata Hari Rahmad Panca Setia, anggota DPRD Kotim, Minggu (3/1).

Anggota komisi II bagian ekonomi DPRD Kotim itu berharap pengelola SPBU sadar tanpa harus diawasi, sehingga masyarakat tidak dirugikan. Di sisi lain, harga baru BBM tidak berlaku bagi penjual BBM eceran, yang perlu diingatkan hanya pengelola SPBU selaku distributor. 

”Kalau pengecer beda halnya. Mereka hanya mencari untung dari selisih harga sedikit,” ucapnya.

Seperti diketahui, harga baru BBM subsidi mulai berlaku 5 Januari. Menteri ESDM Sudirman Said menegaskan, harga BBM turun cukup signifikan. Pemerintah juga telah memutuskan memberlakukan pungutan guna mengumpulkan dana ketahanan energi dari setiap liter BBM bersubsidi, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.

”Ini untuk pengembangan energi baru dan terbarukan,” ujar Sudirman di Istana Negara, Rabu (23/12).

Untuk premium, dana pungutan untuk ketahanan energinya sebesar Rp 200. ”Harga keekonomian premium dari Rp 7.300 menjadi Rp 6.950. Kemudian kami memungut dana ketahanan energi Rp 200 jadi Rp 7.150,” tuturnya.

Sedangkan pungutan dana ketahanan energi untuk solar sebesar Rp 300 per liter. Harga jual solar diturunkan menjadi Rp 5.650 per liter. Namun, dengan pungutan dana ketahanam energi, maka solar bersubsidi akan dijual Rp 5.950 per liter. (oes/ign)