SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

METROPOLIS

Senin, 21 September 2015 22:04
Sungai Mengering, Petambak Bangkrut
Debit Sungai Katingan mengalami pendangkalan sejak tiga bulan terakhir. Ratusan petambak terpaksa gulung tikar dan menganggur,

KASONGAN – Kemarau panjang di Kalimantan Tengah (Kalteng) berimbas pada mengeringnya air Sungai Katingan. Akibatnya, petani ikan keramba (petambak) di Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan Hilir, merugi hingga puluhan juta rupiah karena banyak ikan mati. Mereka terpaksa gulung tikar.

Karmanti (47), salah seorang petambak di sekitar Jembatan Katingan mengaku rugi hingga Rp 45 juta dari sembilan blok keramba miliknya. Lebih dari delapan ton ikan nila atau mujair, mati serentak. Padahal, ikan jenis itu paling tahan di semua kondisi air.

”Kita punya sembilan keramba, rata-rata dalam satu keramba kerugiannya mencapai Rp 5 juta. Penyebabnya karena ikan kekurangan oksigen, padahal ikan sudah siap panen. Ikan yang belum terlalu busuk terpaksa kita olah menjadi ikan kering,” katanya, Sabtu (19/9).

Menghindari banyaknya kematian ikan, bapak tiga anak ini memilih menguras habis sisa ikan nila untuk dijual maupun dibagikan kepada kerabatnya. Usaha keramba ikan merupakan satu-satunya sumber perekonomian keluarganya. Karmanti memilih menganggur sampai ketinggian air sungai kembali normal.

Surutnya Sungai Katingan yang memiliki panjang sekitar 600 kilometer lebih itu juga berdampak pada krisis air bersih. Untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK), masyarakat di sepanjang bantaran masih mengandalkan air sungai. Guna memenuhi kebutuhan air bersih untuk memasak dan minum, warga membeli air isi ulang.

”Mungkin tidak lama lagi sumur bor kami juga akan kering karena memang di permukiman kami jaringan PDAM belum sampai. Repotnya jika mau BAB, sedangkan jamban yang ada saja tidak lagi dialiri air sungai,” ungkap Yamin, warga Kampung Banjar, Kelurahan Kasongan Lama.

Yamin dan ratusan masyarakat bantaran sungai lainnya terpaksa memanfaatkan sisa kubangan air yang ada. Meski demikian, warga yang menggunakan air sungai untuk mandi dan mencuci tidak mengalami gangguan kesehatan serius karena kondisi itu sudah biasa mereka alami setiap kemarau.

”Kemarau kali ini merupakan yang terparah. Gundukan pasir tiap tahun makin menumpuk. Kami khawatir satu dua tahun mendatang bakal lebih parah,” keluh pria paruh baya ini saat mengolah ikan kering di tambak ikannya.

Di sisi lain, banyaknya permintaan masyarakat terhadap air siap kosumsi, membawa keuntungan tersendiri bagi pelaku usaha depot air minum di Kasongan dan sekitarnya. ”Dalam sehari saja 500 sampai 600 galon air ukuran 19 liter habis terjual. Permintaan paling banyak berasal dari masyarakat yang tinggal di pinggir sungai, sedangkan sumur warga saat ini sudah mengering,” kata Nyoto (37), pengusaha depot air keliling.

Penderitaan masyarakat terhadap pendangkalan air sungai di Kasongan juga dirasakan warga di Katingan Hulu dan Bukit Raya sejak sebulan terakhir. Masyarakat di kecamatan terjauh dari ibu kota kabupaten ini bahkan terancam kelaparan akibat akses sungai yang hanya dapat ditempuh menggunakan perahu motor, kandas terhalang bebatuan sungai.

Pendangkalan itu memang kerap terjadi setiap tahun. Sungai Katingan yang memiliki panjang 600 kilometer tersebut menghubungkan 12 dari 13 kecamatan serta menjadi sumber penghidupan sebagian besar masyarakat bantaran sungai. (agg/ign)

loading...

BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 00:45

Uji Kebohongan, Tim Hukum Ujang Dukung Uji Forensik

<p>&nbsp;PALANGKA RAYA - Tim Kuasa Hukum Ujang-Jawawi menyatakan penetapan hasil musyawarah…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers