SAMPIT – Kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) telah menghanguskan sekitar 2.000 hektare lahan selama periode Juli-Agustus 2015. Sebagian besar lahan yang terbakar tersebut merupakan lahan gambut yang berupa semak belukar.

 Dandim 1015 Sampit Letkol Kav Enda Mura Harahap mengatakan, sejak status Kotim ditetapkan tanggap darurat kebakaran hutan, lahan, dan kabut asap, tim Satgas yang dibentuk Kodim 1015 Sampit telah memadamkan kebakaran lahan seluas 452 hektare lebih.

 ”Dari 452 hektare lahan yang terbakar tersebut, sedikitnya ada 138 titik api dan semuanya berada di wilayah kabupaten Kotim,” kata Enda yang juga Komandan Satuan Tugas (Satgas) penanggulangan kebakaran hutan dan lahan Kotim usai Paripurna di DPRD Kotim, Senin (21/9).

 Enda mengungkapkan, dari 2.000 lahan yang terbakar, sebagian besar adalah milik masyarakat. Ada juga yang milik perusahaan perkebunan sawit. Satgas penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan yang dibentuk Kodim 1015 Sampit dan instansi terkait lainnya hingga kini terus melakukan pemadaman kebakaran lahan.  

 Menurut Enda, secara umum jumlah titik api di Kotim sudah berkurang dibandingkan hari sebelumnya, namun asap dampak dari kebakaran lahan masih pekat. Titik api yang saat ini masih menyala dan tidak dapat dipadamkan tim Satgas karena jaraknya terlalu jauh, sehingga sulit dijangkau. Hal itu dikarenakan terbatasnya peralatan yang dimiliki Satgas.

 ”Untuk memadamkan api yang tidak kami jangkau tersebut, kami telah meminta bantuan helikopter pengebom air, namun karena kondisi wilayah Kotim saat ini masih diselimuti asap tebal, maka helikopter pengebom air tersebut belum bisa beroperasi di Kotim,” terangnya.

 Untuk mengantisipasi meluasnya kebakaran hutan dan lahan, Enda meminta kesadaran masyarakat untuk tidak membuka lahan pertanian dengan cara membakar. ”Harapan saya, masyarakat bisa lebih peduli terhadap lingkungan. Caranya dengan tidak membakar lahan,” tandasnya. (ang/ign)