KOTAWARINGIN LAMA – Sebagian besar warga penerima bantuan kompor gas dan elpiji 3 kilogram masih ragu dan khawatir menggunakan bantuan pemerintah itu. Karena takut terjadi kebakaran atau kompor meledak seperti beberapa kejadian di daerah lain.
Saleha, warga Kelurahan Kotawaringin Hilir (Kohil) mengaku takut menggunakan bantuan elpiji meski sudah mendapat penjelasan tatacara penggunaan dan perawatan kompor gas dari Pertamina.
”Pada dasarnya kita masih ragu dan takut, karena sering kita lihat di televisi, hampir setiap hari ada kebakaran yang salah satu penyebabnya diduga akibat kompor gas,” kata Saleha, Jumat (6/11) usai mengambil paket bantuan elpiji tersebut.
Sebelumnya, Pertamina melalui konsultannya menjelaskan bahwa bantuan yang dibagikan merupakan yang terbaik dan aman asalkan penggunaannya sesuai petunjuk. Konsultan Elpiji Miranti Muhammad Jufri mengatakan, penyebab seringnya kebakaran ada tiga, pertama karena keteledoran saat menggunakan kompor gas.
”Dari hasil penelitian kita, pengguna teledor. Misalnya, saat memasak sering ditinggal, sehingga kelupaan dan kompor terlalu panas, sehingga selang gas yang terbuat dari karet atau plastik melumer dan terjadilah kebakaran,” paparnya.
Faktor kedua, lanjutnya, akibat kurangnya perawatan pada selang. Apabila jarang diperhatikan, pemiliknya tidak tahu kalau selangnya longgar, retak, pecah, dan berjamur karena sering kena percikan air panas, minyak atau kuah. Ketiga, pengguna kompor gas malas menggunci regulator setelah beraktivitas dan hanya mematikan kompornya, sementara gas terus keluar.
”Berdasarkan buku petunjuk penggunaan regulator, setelah selesai kompor dimatikan atau posisi tidak dipakai klip di regulator, harus diputar ke kiri setengah atau 45 derajat. Ini kewajiban untuk menghentikan suplai gas ke kompor. Kalau tidak, gas akan menumpuk dalam selang. Apabila selang rusak, jarang diperiksa, petaka akan tiba,” katanya.
Karena itu, menurut Jufri, bukan program pemerintah yang salah, tetapi pengguna kompor gas yang kurang hati-hati. Apabila warga menerima bantuan kompor atau regulator yang rusak, pihaknya akan bertanggung jawab memperbaiki atau menggantinya.
”Warga tidak perlu takut dan marah kalau mendapatkan bantuan yang rusak, akan kita ganti. Bantuan yang rusak dikumpulkan ke Ketua RT, nanti akan kita tindak lanjuti setelah mendapat laporan dari kelurahan atau desa,” pungkasnya. (gst/ign)