SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

METROPOLIS

Rabu, 04 September 2019 14:22
Misteri Lemparan Pisau Mematikan, Kok Bisa Tepat...?

Polisi Periksa Kejiwaan Tersangka Pembunuh Anak Kandung

PRAREKONTRUKSI: Mardi memeragakan berbagai adegan terkait kasus terbunuhnya Eko Saputro, anaknya sendiri, akibat perbuatannya, Selasa (3/9).

PALANGKA RAYA – Prarekonstruksi kasus pembunuhan terhadap anak kandung yang digelar Polres Palangka Raya belum sepenuhnya membuat terang-benderang kasus itu, Selasa (3/9). Dari prarekonstruksi, tersangka, Mardi (37), melempar pisau yang dipegangnya pada sang anak, Eko Saputro (15). Namun, tertancapnya pisau itu masih menyisakan kejanggalan.

Polisi belum bisa memastikan apakah lemparan itu dilakukan dengan menarget langsung korban, dilempar secara sembarangan, atau ditusuk langsung. Dari hasil visum, pisau itu tertancap hingga 9 sentimeter dengan lebar luka sekitar 4 cm. Menembus hingga jantung Eko. Artinya, benda tajam tersebut dilempar sekuat tenaga.

Agar pisau tertancap pada sasaran, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Radar Sampit melakukan simulasi melempar pisau tersebut menggunakan pisau dapur. Pisau yang dilakukan percobaan beratnya bertumpu pada gagang pisau. Prinsip umum dalam melempar pisau agar mengenai sasaran, bagian yang ringan harus dipegang.

Dengan prinsip itu, Radar Sampit mencoba melempar dari jarak sekitar tiga meter. Dari tiga kali percobaan, pisau tersebut tertancap dengan sukses pada papan yang jadi sasaran. Dalam kasus Mardi, pisau yang digunakan merupakan pisau dapur yang biasa digunakan untuk memotong daging.

Berat pisau itu bertumpu pada mata pisau, sementara gagangnya yang terbuat dari kayu lebih ringan. Artinya, apabila Mardi melempar dengan memegang gagangnya, peluang pisau itu tertancap saat mengenai sasaran lebih besar.

Masalahnya, posisi Mardi melempar juga harus tepat. Faktor keseimbangan juga memengaruhi. Dari prarekonstruksi itu, Mardi memeragakan gerakan melempar pisau dengan cara menyamping. Artinya, peluangnya tertancap dan mengenai langsung ke sasaran kian mengecil. Dari foto jenazah korban, luka pisau itu vertikal.

Kapolres Palangka Raya AKBP Timbul RK Siregar mengatakan, kegiatan itu merupakan rekonstruksi awal. Pihaknya ingin memastikan proses terbunuhnya korban, apakah pisau dilempar atau ditusukkan langsung. Termasuk gambaran peristiwa berdasarkan keterangan saksi dan tersangka.

”Ini gambarannya untuk memastikan peristiwa sebenarnya. Makanya nanti akan disinkronkan kembali antara keterangan saksi dan tersangka, termasuk keterangan saksi visum dan ahli,” kata Timbul.

Menurut Timbul, nantinya akan ada rekonstruksi susulan. Akan ada beberapa adegan tambahan dari rekonstruksi awal. ”Untuk pelemparan pisau, apakah disasar, sembarang, atau hal lainnya, akan lihat selanjutnya. Termasuk tersangka membalikkan badan dan mengarahkan (pisau) ke badan korban. Nantinya akan ada keterangan ahli,” tuturnya.

Timbul melanjutkan, dari adegan yang diperagakan tersangka, terlihat ada upaya membersihkan lokasi kejadian. ”TKP sudah dibersihkan sebelum prarekontruksi ini. Nanti kami pastikan lagi biar rekonstruksi susulan dilakukan. Kami juga akan melakukan tes kejiwaan terhadap tersangka,” katanya.

Prarekontruksi dijaga ketat personel kepolisian dan menjadi tontotan ratusan warga sekitar. Warga bahkan meneriaki tersangka dan meragukan pernyataannya yang mengaku tak sengaja melempar pisau tersebut. Tersangka selama ini dikenal memiliki perangai yang keras terhadap keluarganya.

Sejauh ini, Mardi masih tersangka tunggal, sementara sang istri masih berstatus saksi. Tak ada isak tangis dalam prarekonstruksi itu. Keluarga korban seakan sudah ikhlas atas tewasnya Eko Saputro.

Sementara itu, dari adegan yang diperagakan, pisau dilempar tersangka dan langsung mengenai bagian ulu hati korban. Anehnya, pelemparan itu tidak dilihat langsung sang istri, Pu. Padahal, keduanya sama-sama berada di lokasi.

Dari adegan yang digambarkan, tersangka berada di rumah di Jalan Manunggal Gang kenanga. Mardi duduk di samping teras rumah, mengupas jagung bersama istrinya, sedangkan korban di dalam rumah.

Di tengah pekerjaannya mengupas jagung, Pu kehausan. Dia lalu memanggil Eko dan memintanya membeli makanan dan minuman di warung dekat rumah. Korban yang saat itu diperagakan aparat, mendatangi sang ibu, lalu menerima uang Rp 100 ribu. Korban kemudian pergi menggunakan sepeda motor menuju warung.

Tak berapa lama, korban datang dan mengatakan warung yang dimaksud tutup. Ibunya lalu memintanya membeli air kelapa di depan masjid. Saat itu, tersangka masih melakukan aktivitasnya mengupas jagung.

Beberapa menit kemudian, korban kembali membawa minuman. Saat tiba di depan rumah, korban langsung memberikan minuman itu ke sang adik. Namun, oleh adiknya, minuman itu dilempar. Melihat itu, korban lalu membawa makanan ringan masuk ke dalam rumah, sementara sang adik mengejar sambil menangis.

Mendengar tangisan si bungsu, tersangka langsung menegur korban, memintanya memberikan kue pada adiknya. Korban saat itu berdiri di depan pintu masuk, sementara adiknya di samping kanan. Merasa tegurannya diabaikan, secara spontan tersangka membalikkan badan dan melempar pisau itu ke arah korban.

Jarak antara tersangka dan korban sekitar dua meter lebih. Badan tersangka menghadap ke arah korban. Lemparan itu ternyata menancap ke dada kiri korban, sehingga korban berteriak kesakitan. Dalam adegan itu, sang istri tidak melihat tersangka melempar pisau, karena asyik mengupas jagung.

Tersangka mengetahui korban terluka selang beberapa detik kemudian. Korban berteriak. Dia merintih kesakitan. Korban lalu membungkuk dan memegang dada kirinya. Tersangka mendatangi korban yang sudah bersimbah darah. Dari adegan selanjutnya, pisau itu tercabut, namun belum diketahui apakah korban atau tersangka yang mencabut pisau tersebut.

Adegan berikutnya, korban memanggil ibunya. Pu lalu datang dan melihat darah mengalir deras. Wanita itu lalu membawa jaket untuk menutupi luka anaknya. Tersangka kemudian menggendong korban ke atas motor dan membawanya ke rumah sakit. Dalam adegan itu, tersangka berteriak meminta tolong kepada tetangga sekitar. Tetangga datang dan langsung menolong menuju ke rumah sakit.

Ketiganya lalu membawa korban ke rumah sakit. Namun, korban sudah dinyatakan tak bernyawa. Korban kemudian dibawa pulang menggunakan sepeda motor. Tiba di rumah, tersangka histeris dan memanggil nama korban., sementara pisau diambil dan disimpan oleh saksi ke dalam bak pikap, setelah itu dibersihkan.

Tak lama, tetangga melapor ke polisi dan personel mendatangi lokasi hingga membawa jenazah ke rumah sakit. Sampai akhirnya terungkap, ulah Mardi menyebabkan anaknya terbunuh.

Pu mengaku tidak mengetahui pelemparan pisau ke arah korban karena asyik memotong jagung. Dia baru sadar ketika korban berteriak memanggilnya. ”Saya tidak tahu bagaimana dia melempar. Namun, ini semua musibah dan sudah terjadi,” ujarnya yang terlihat tenang.

Pu berharap suaminya bisa mendapatkan keringanan hukuman. Dia menilai hal itu terjadi secara spontanitas. ”Khilaf dan ini tidak disengaja,” katanya.

Kakek almarhum, Fajar, mengakui tersangka memang memiliki temperamental dan tanpa memandang tempat ketika memukul korban. Dia juga mengetahui istri korban sering dipukul. Hanya saja, tidak menyangka sampai cucunya sendiri terbunuh.

”Keluarga menyesalkan atas kejadian ini. Hukum tetap diberikan kepada tersangka, tetapi semoga bisa diringankan, karena ini tidak sengaja. Semoga tidak terulang lagi dan seluruh keluarga menyerahkan semuanya kepada proses hukum yang berlaku,” katanya. (daq/ign)

 

loading...

BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 00:45

Uji Kebohongan, Tim Hukum Ujang Dukung Uji Forensik

<p>&nbsp;PALANGKA RAYA - Tim Kuasa Hukum Ujang-Jawawi menyatakan penetapan hasil musyawarah…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers