SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Minggu, 14 Juni 2020 12:51
Harga Tak Stabil Bikin Petani Merana
ilustrasi

SAMPIT – Selama masa pandemi Coronavirus Disease atau Covid-19, daya beli masyarakat jatuh. Tak menentunya permintaan pasar membuat harga jual aneka sayur-sayuran di tingkat petani mengalami pasang surut.

“Untuk penjualan masih lancar. Tetapi selama masa pandemi Covid-19 ini harga jual aneka sayur-sayuran naik turun. Bahkan pernah anjlok drastis,” ucap Margono, salah seorang petani sayur yang memiliki lahan di Jalan Jenderal Sudirman Km 7.

Margono mengatakan, bencana Covid-19 membuatnya tak begitu bersemangat berkebun. Pasalnya, sebagian besar pembeli sayur-sayuran berasal dari warga di berbagai perusahaan di Kotim.

“Sejak akhir Maret sampai dengan saat ini berbagai perusahaan masih menutup akses keluar masuk bagi warga. Padahal, sebagian besar konsumen sayur dijual ke perusahaan sawit. Apalagi sekarang sayur-sayuran juga ada yang didatangkan dari Banjarmasin, akhirnya penghasilan petani lokal semakin tidak menentu,” ujarnya.

Meski hasil panen selalu laku dijual ke pedagang sayur, namun daya beli masyarakat masih belum stabil sehingga hal itu membuatnya mengurangi produksi tanam.

“Hasil panen Alhamdulillah ada saja yang ngambil dan dijual ke pedagang di Pasar Subuh. Tetapi, karena daya beli masyarakat masih belum stabil, produksi tanam akhirnya saya kurangi,” ujarnya.

Dirinya mengaku menanam berbagai sayur seperti kacang panjang, timun, terong, buncis, bawang prei, jagung manis, dan tomat. Untuk harga jual di tingkat petani dijual tak menentu.

“Harga jualnya tidak menentu. Kita ngikutin harga di pasaran saja,” ujarnya.

Seperti kacang panjang sebelumnya sempat dijual Rp 3 ribu per kg sekarang dijual dengan harga Rp 6 ribu per kg, terong dijual dengan harga Rp 8 ribu per kg, buncis dijual dengan harga Rp 11 ribu per kg, tomat Rp 8 ribu per kg, timun Rp 5 ribu per kg, bawang prei Rp 40 ribu per kg, dan jagung dijual dengan harga Rp 4-5 ribu per kg.

“Harganya jual di tingkat petani ini naik turun. Pernah timun hanya dihargai Rp 1.000 saja. Rasanya mau menangis menanam seperti tidak dihargai. Akhirnya, tanaman timun saya pasrahkan saja, saya ikhlaskan kasih-kasihkan ke orang,” ujarnya.

Dengan lahan yang hanya berstatus meminjam dengan Kantor BPN, dirinya mengaku hanya berpangku penghasilan menjadi seorang petani.

“Punya lahan satu hektare saja, tetapi dibagi-bagi untuk menanam beraneka macam sayuran. Setiap dua hari sekali ada saja panen, karena waktu semai bibit saya berikan jarak supaya bisa panen terus. Kalau enggak panen, mau dapat penghasilan dari mana lagi,” pungkasnya. (hgn/yit)

loading...

BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers