SAMPIT – Kabut asap yang menyelimuti Sampit semakin bertambah pekat, Selasa (15/9). Kualitas udara semakin membahayakan dengan jarak pandang di bawah sekitar 100 meter. Pemkab Kotim langsung merespons kondisi itu dengan meliburkan sekolah di Kotim pada 17-19 September.
”Berdasarkan hasil rapat yang kami lakukan dengan instansi terkait, kami memutuskan untuk meliburkan sekolah tiga hari mulai Rabu sampai Sabtu,” kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kotim Suparmadi.
Menurut Suparmadi, keputusan meliburkan sekolah itu melibatkan Dinas Kesehatan (Dinkes), Badan Lingkungan Hidup (BLH), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan Komisi III DPRD Kotim. Kebijakan itu untuk menghindari semakin bertambahnya penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), terutama anak-anak.
”Besok (hari ini, Red) pemberitahuannya akan kami berikan ke sekolah-sekolah. Pastinya kami mengantisipasi adanya korban jiwa,” katanya.
Terkait indeks standar pencemar udara (ISPU) dari BLH Kotim yang tidak sehat, menurut Suparmadi, hasil pengukuran tersebut bisa berubah-ubah. Namun, jika melihat kondisi kabut asap saat ini, keputusan meliburkan sekolah memang harus diambil.
”Kami melihat kondisi kabut memang sangat membahayakan bagi kesehatan, terutama anak-anak. Belum lagi jarak pandang yang semakin menipis,” kata mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kotim ini.
Seperti diketahui, kabut asap yang terjadi di Kota Sampit sangat tebal. Hal itu juga berimbas pada penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit yang harus dibatalkan. Ada empat rute penerbangan, yakni tujuan Surabaya, Semarang, Jakarta, dan Pangkalan Bun. Batalnya penerbangan membuat sebagian penumpang merasa dirugikan. Hal itu karena pihak maskapai penerbangan tidak menyediakan ganti rugi untuk penginapan.
”Saya ini dari Seruyan, sudah dua hari penerbangan ke Surabaya cancel terus, tetapi enggak ada ganti rugi dari Kalstar. Saya cuma ditanya uangnya mau dikembalikan atau pindah ke rute lain,” keluh Yenni, salah seorang penumpang saat ditemui di Bandara H Asan Sampit.
Branch Manager Kalstar Aviation Sampit Novallino mengungkapkan, ganti rugi terhadap penumpang termasuk uang penginapan memang tidak diberikan. Pasalnya, pembatalan penerbangan dikarenakan faktor cuaca, bukan kendala teknis seperti kerusakan mesin. Terkait kerugian yang harus ditanggung akibat terganggunya jadwal penerbangan, Noval enggan berkomentar lebih jauh.
”Alasan cuaca enggak ada ganti rugi, paling refund full atau pindah rute lain atau mundur jadwal hari selanjutnya,” katanya.
Menurut Noval, melihat kondisi kabut asap saat ini, membuat penerbangan memang tidak mungkin dilakukan. Pasalnya, kabut asap tidak hanya terjadi pagi hari saja, tetapi hampir sepanjang hari. Jika kondisi ini terus terjadi, mau tidak mau penerbangan di Bandara H Asan lumpuh total.
”Tadi pagi ke Surabaya harus cancel. Sore pesawat dari Surabaya ke Sampit, kembali lagi ke Surabaya. Ini makin sore makin jelek cuacanya,” katanya.
Berdasarkan pantuan satelit NOAA Bandara H Asan Sampit, jumlah titik panas di Kotim mencapai 216 titik. Dengan rincian di Teluk Sampit 46 titik, Mentaya Hilir Selatan sebanyak 45 titik, Mentaya Hilir Utara 36 titik, Seranau 24 titik dan Kotabesi 21 titik. Kemudian, Mentawa Baru Ketapang 12 titik, Pulau Hanaut 11 titik, Kecamatan Baamang sebanyak 11 titik, Telawang 6 titik, Cempaga 3 titik dan Cempaga Hulu 1 titik.
”Jarak pandang 10-20 meter, penerbangan sangat tidak mungkin dilaksanakan,” kata Kepala BMKG Bandara H Asan Sampit Yulida Warni.
Pemkab Tak Peka
Sementara itu, anggota DPRD Kotim Dadang H Syamsu menilai, Pemkab Kotim tidak peka dengan persoalan yang terjadi menimpa ribuan pelajar di Kotim saat ini. Salah satunya tidak ada kebijakan yang memperhatikan pelajar dengan meliburkan aktivitas di sekolah.
”Intinya tidak ada kebijakan apa pun. Tidak ada kepekaaan melihat fakta dan persoalan yang menimpa pelajar kita dengan datang ke sekolah dengan kondisi kabut asap pekat seperti ini,” katanya.
Menurutnya, kebijakan meliburkan siswa sangat penting. Pihaknya sudah mengingatkan Pemkab Kotim dari awal agar mempersiapkan langkah antisipasi. Jangan sampai ada korban jiwa akibat tidak adanya perhatian serius terkait kondisi sekarang. (tha/ang/ign)