Kecelakaan pelayaran menimpa kapal nelayan KM Putri Ayu 3 yang membawa 13 orang. Kapal yang membawa 13 orang itu terbalik di Perairan Tanjung Puting, Kabupaten Kotawaringin Barat, setelah diterjang ombak besar. Akibatnya, satu orang tewas dan tujuh nelayan hilang. Lima lainnya berhasil diselamatkan.
Informasi dihimpun Radar Sampit, kecelakaan itu terjadi Senin (16/8) lalu. Namun, petugas baru mendapatkan laporan sehari setelahnya, Selasa (17/8). Upaya pencarian dilakukan secara besar-besaran di Perairan Tanjung Puting.
Lima nelayan yang selamat, yakni Abdul Wahid, Ahmad Royani, Yendri Putra, Toridin, dan Wasiman. Nelayan meninggal bernama Toiman. Tujuh nelayan lainnya masih hilang, yakni Tomy Bagus Putra, M Fery Irawan Mustafa, Rahmad Hidayat, Sarul Gunawan, Ikhwanul Mukminin, Mamuri, Nashekin.
Upaya pencarian dilakukan tim gabungan dari Rescuer KPP Palangka Raya, Pos AL Kuala Pembuang, KSOP Sampit, KSOP Kumai, dan masyarakat setempat.
Kejadian bermula ketika kapal nelayan tersebut berangkat dari Muara Baru, Jakarta, menuju Laut Jawa untuk mencari ikan pada 10 Agustus. Setelah enam hari berlayar, tepatnya Senin (16/8) dini hari, di Perairan Tanjung Puting, cuaca buruk melanda. Kapal itu terbalik setelah dihantam gelombang besar.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Palangka Raya M Hariyadi mengatakan, nelayan yang meninggal telah dibawa kembali ke Jakarta. Lima nelayan berhasil selamat berkat kapal ikan lain yang melintas.
”Diduga tenggelam lantaran cuaca buruk dan gelombang tinggi. Kejadiannya di perairan Tanjung Puting, dekat dengan Kumai,” katanya.
Dia melanjutkan, pencarian dilakukan menggunakan speed boat. Pihaknya terus melakukan koordinasi dengan pihak lainnya, seperti KSOP dan pelabuhan. Salah satunya meminta kapal yang berlayar, apabila menemukan tanda korban, bisa dievakuasi dan melaporkan hal tersebut.
Terpisah, Koordinator Usaha KSOP IV Kumai Timbul Sinurat mengatakan, cuaca di perairan laut Kumai tidak menentu dan sering berubah. Tim yang bergerak melakukan pencarian diminta berhati-hati dan mewaspadai setiap perubahan cuaca yang terjadi.
”Kalau nanti dalam operasi pencarian kondisi cuaca memburuk, kami minta tim gabungan kembali ke posko. Hal ini demi keamanan dan keselamatan personel yang terlibat operasi,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, meskipun informasi yang disampaikan Basarnas bahwa titik koordinat tenggelamnya kapal berada di perairan Seruyan, namun jika diamati dari titik terdekat, dugaan tenggelamnya kapal lebih mendekati perairan Kobar dan akses lebih mudah dilakukan dari Kobar.
”Tim gabungan bertolak melakukan operasi pencarian menggunakan Kapal Patroli 489 milik KSOP Kumai,” katanya. (daq/tyo/ign)