Banjir besar yang mengepung Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) sejak sepekan terakhir bukan hanya merendam ratusan rumah penduduk, tetapi juga membuat petani sayuran mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.
Padahal saat ini, harga sayuran terutama Sawi di Kota Pangkalan Bun terbilang sedang bagus-bagusnya, untuk menghindari kerugian yang lebih besar terpaksa petani sayuran di RT 24, Kelurahan Mendawai, Kecamatan Arut Selatan harus memanen lebih awal.
Wakil Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sawi Sehati, Karang Anyar Kelurahan Mendawai, Bambang mengakui dengan meningkatnya debit air Sungai Arut mengakibatkan air meluap dan menggenangi bukan hanya rumah tetapi juga tanaman sayur mayur masyarakat. “Saat ini air sudah mencapai lebih dari selutut orang dewasa, dan melihat cuaca masih terus turun hujan, dimungkinkan ketinggian air akan meningkat juga,” ujarnya, Sabtu (4/9).
Ia mengakui akibat luapan air Sungai Arut hampir 80 persen area pertanian sayur mayur masyarakat sudah terendam air dan tanaman sayuran terancam rusak. Agar petani tidak merugi begitu besar maka mayoritas petani sudah memanen terlebih dahulu tanamannya.
Disebutkannya, dari data yang mereka pegang banjir telah merendam seluas 15 hektar areal pertanian sayur mayur, terutama tanaman sawi yang merupakan komoditas andalan di wilayah tersebut. “Kalau kerugian yang ditimbulkan, kita estimasi sudah mencapai nilai puluhan juta rupiah, kita belum inventarisir kerugian perorangnya,” ungkapnya.
Ia mengeluhkan, setiap tahunnya wilayah pertanian mereka yang berada di tepi Daerah Aliran Sungai Arut senantiasa menjadi langganan banjir. Untuk itu ia dan petani lainnya berharap agar pemerintah daerah dapat menyediakan areal pertanian yang aman untuk mereka garap. “Kami hanya butuh lahan garapan, kalau pemerintah daerah mempunyai lahan yang dekat dengan kampung kami yang bisa kami pinjam untuk digarap kami sangat berterima kasih sekali,” pungkasnya. (tyo/sla)
Wakil Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sawi Sehati, Karang Anyar Kelurahan Mendawai, Bambang mengakui dengan meningkatnya debit air Sungai Arut mengakibatkan air meluap dan menggenangi bukan hanya rumah tetapi juga tanaman sayur mayur masyarakat. “Saat ini air sudah mencapai lebih dari selutut orang dewasa, dan melihat cuaca masih terus turun hujan, dimungkinkan ketinggian air akan meningkat juga,” ujarnya, Sabtu (4/9).
Ia mengakui akibat luapan air Sungai Arut hampir 80 persen area pertanian sayur mayur masyarakat sudah terendam air dan tanaman sayuran terancam rusak. Agar petani tidak merugi begitu besar maka mayoritas petani sudah memanen terlebih dahulu tanamannya.
Disebutkannya, dari data yang mereka pegang banjir telah merendam seluas 15 hektar areal pertanian sayur mayur, terutama tanaman sawi yang merupakan komoditas andalan di wilayah tersebut. “Kalau kerugian yang ditimbulkan, kita estimasi sudah mencapai nilai puluhan juta rupiah, kita belum inventarisir kerugian perorangnya,” ungkapnya.Ia mengeluhkan, setiap tahunnya wilayah pertanian mereka yang berada di tepi Daerah Aliran Sungai Arut senantiasa menjadi langganan banjir. Untuk itu ia dan petani lainnya berharap agar pemerintah daerah dapat menyediakan areal pertanian yang aman untuk mereka garap. “Kami hanya butuh lahan garapan, kalau pemerintah daerah mempunyai lahan yang dekat dengan kampung kami yang bisa kami pinjam untuk digarap kami sangat berterima kasih sekali,” pungkasnya. (tyo/sla)