Banjir yang melanda wilayah Kota Palangka Raya dan membuat ribuan warga terdampak, dinilai bisa mengancam psikologis anak. Anak terancam trauma dengan kondisi bencana tersebut, sehingga perlu pendampingan psikolog.
Hal tersebut disampaikan pengungsi banjir di Posko Langkai, Tri Musyesti (57). Dia mengaku sudah dua hari mengungsi dari rumahnya di Jalan A Yani akibat terendam air. Meski berterima kasih terhadap berbagai bantuan pemerintah, dia juga berharap ada psikolog yang bisa mendampingi anak-anak, sehingga mereka tidak trauma akibat tertekan situasi banjir.
”Semoga kondisi ini segera berlalu dan kami harap anak-anak lebih diperhatikan. Salah satunya mereka dihibur. Mereka biasanya berkumpul sore hari,” ujarnya.
Sementara itu, pantauan Radar Sampit di dua posko, SDN 1 Langkai dan Jalan Arut, Rabu (22/9), pengungsi terlayani dengan baik. Mereka mendapatkan asupan secara teratur pada pagi, siang, dan malam. Selain itu, tim medis selalu siaga memberikan pelayanan dan obat-obatan.
Di posko SDN 1 Langkai, setiap jam makan menghabiskan 25 kilogram ayam dan belasan kilogram beras. Di tempat itu tim penanganan banjir menyediakan 200 porsi makanan bergizi siap santap pada masyarakat.
Sementara itu, di posko Arut yang menampung 13 KK atau 35 jiwa dari balita hingga lansia, pelayanan juga diberikan dengan baik. Mereka mendapatkan perhatian penuh dari tim, baik kesehatan maupun bahan pangan.
Salah seorang pengungsi, Jahera (83), mengaku sangat terbantu di pengungsian. Tidak hanya makanan, tetapi juga kondisi kesehatan. Dia sudah dua hari berada dipengungsian lantaran kediamannya terendam air.
Kasi Kesos Kelurahan Langkai Sri Wanti mengatakan, distribusi makanan terus berdatangan dan penanganan banjir terus dilakukan. Mereka setiap hari menyediakan 600 porsi makanan.
”Semua mendapatkan makanan dan tidak ada yang dibedakan. Kami sediakan masing-masing 200 porsi untuk pagi, siang, dan malam. Memasaknya bergotong-royong,” ujarnya.
Sri melanjutkan, kondisi air di Kelurahan Langkai sudah menurut 5 cm. Ketinggian air tetap terus dipantau dan masyarakat diharapkan meningkatkan kewaspadaan. Di sisi lain, berbagai bantuan silih berganti diberikan dari berbagai kalangan, sehingga mampu meringankan beban masyarakat terdampak.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Palangka Raya Heri Fauzi mengatakan, berdasarkan data dihimpun dari kelurahan, rata-rata debit air menurun. Di antaranya, di Kelurahan Marang, Tahai, Sei Gohong, Katimpun, Bukit Tunggal, Pahandut, Palangka, dan Tumbang Rungan.
”Namun, untuk wilayah hilir seperti Tanjung Pinang, Danau Tundai, Bereng Bengkel, Kalampangan, dan Kameloh Baru, justru bertambah naik, mengingat air mengalir ke wilayah hilir,” katanya.
Tim Medis dari Puskesmas Bukit Hindu Indayati Dewi mengatakan, rata-rata korban banjir menderita penyakit gatal-gatal, diare, dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Dia mengimbau pengungsi agar menjaga kondisi fisik dan sesegera mungkin menginformasikan kesehatannya, sehingga bisa ditangani dengan baik.
”Kami siaga di posko untuk terus melakukan pemeriksaan kesehatan. Antisipasinya adalah DBD (demam berdarah dengue, Red). Jika masih bisa ditangani, kami akan tangani dan jika tidak, akan dievakuasi ke fasilitas kesehatan,” tandasnya. (daq/ign)