Selama sekitar dua tahun tidak pernah datang ke sekolah bersamaan karena pandemi Covid-19 yang mengharuskan banyak kegiatan dihentikan dan berubah menjadi pola daring, rupanya diam-diam dimanfaatkan pelajar di Kalimantan Tengah untuk menikah. Sekurang-kurangnya terdata 300 pelajar yang diam-diam menikah di sela pembelajaran daring.
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran, mengaku tidak pernah mengira dan kaget kebijakan pembelajaran daring tersebut berdampak pada pernikahan dini kalangan pelajar. Keterkejutan itu diungkapkan saat memantau vaksinasi bagi kalangan pelajar di SMKN 1 Pangkalan Bun dan SMAN 1 Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, baru-baru ini.
”Pak Gubernur kapan kami bisa masuk sekolah lagi, sudah terlalu lama ini belajar daring,” ucap salah seorang siswi.
Pertanyaan itu langsung dijawab Sugianto, ”Ya, kalian bisa segera bersekolah lagi. Pada bulan November ya”. Dia seolah tidak ingin lagi bertambah jumlah pelajar melakukan pernikahan dini.
Dalam dua bulan ini, sejak September 2021, terus dilakukan pembahasan secara lintas sektor tentang bagaimana pembelajaran tatap muka (PTM) bisa segera dilangsungkan di tengah pandemi.
Tim Satgas Penanganan Covid-19 di 13 kabupaten dan kota se-Kalteng terus melakukan pendampingan sekolah-sekolah yang telah menyatakan siap untuk melaksanakan PTM. Sebelum terungkap data pelajar diam-diam melakukan pernikahan selama pandemi, tidak ada bahasan waktu dan ketentuan sekolah di Kalteng bisa melaksanakan PTM.
Bahkan, pihak sekolah tidak pernah memberikan informasi apa pun kepada para siswa dan orang tua/wali murid tentang rencana waktu PTM atau kapan para siswa bisa masuk sekolah lagi.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah Syaifudin mengatakan, PTM terbatas dilakukan secara ketat dan menyesuaikan dengan kondisi di masing-masing sekolah.
”Esensinya PTM di sekolah ini dilaksanakan secara terbatas dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin,” ucapnya. Dalam penerapan PTM, pihaknya masih bersandar pada surat keputusan bersama empat menteri, antara lain terkait dengan jumlah siswa yang dapat hadir secara langsung di sekolah sekitar 50 persen dari total kapasitas.
Akan tetapi, hal itu tidaklah ketentuan baku. Jika suatu sekolah memiliki jumlah siswa yang cukup banyak dan usai dipangkas, dirasa masih berpotensi menyebabkan kerumunan, jumlah siswa yang boleh datang ke sekolah akan kembali dikurangi.
Dia mencontohkan suatu sekolah memiliki sekitar 1.000 siswa, sehingga 50 persennya berarti 500 siswa yang boleh mengikuti PTM. Namun, jika 500 siswa itu masih dianggap berpotensi besar menyebabkan kerumunan, jumlahnya akan kembali dikurangi.
Pengurangan jumlah siswa yang hadir ke sekolah ini akan terus dilakukan hingga mencapai jumlah yang dianggap ideal tidak terjadinya kerumunan, sehingga PTM terbatas bisa dilaksanakan dengan baik.
”Jadi, pelaksanaan PTM benar-benar terbatas, baik jumlah yang datang ke sekolah, penerapan protokol kesehatan, bahkan hingga kemungkinan ditiadakannya ekskul (ekstra kurikuler), maupun kantin,” ujarnya.
Hanya saja, ia kembali menegaskan bahwa semua itu tentu menyesuaikan dengan kondisi sekolah dan daerahnya. Jika suatu daerah aman dan jumlah siswanya sedikit, misalnya hanya belasan orang, tentu tidak akan dilakukan sistem pengurangan jumlah siswa yang boleh hadir di sekolah. Untuk itu, dia mengharapkan dukungan semua pihak dalam menyukseskan PTM terbatas agar proses belajar dan mengajar di Kalteng bisa optimal.
Jumlah SMA dan sederajat di Kalteng 464 sekolah dengan jumlah siswa 58.483 orang, tersebar di 13 kabupaten dan kota. Saat ini, vaksinasi guru dan pihak terkait lainnya dalam dunia pendidikan di Kalteng, juga terus dipacu. Seiring dengan berjalan waktu, capaian vaksinasi terus meningkat.
Salah satu pelajar SMAN 1 Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur, Riswanda (16), mengaku bersemangat mengikuti vaksinasi Covid-19 yang dilaksanakan pemerintah, karena rindu masuk sekolah. ”Iya, mau ikut vaksinasi agar cepat masuk sekolah. Kangen masuk sekolah,” kata dia.
Dia mengaku sudah rindu belajar dan olahraga di sekolah bersama teman-teman, karena sejak April 2020 sudah tidak bisa belajar bersama dengan rekan kelas VIII hingga lulus SMPN 1 Tamiang Layang.
Dia berharap, duduk di kelas IX di bangku SMA sudah bisa merasakan PTM serta bisa bercanda dan berbagi tawa bersama teman-temannya. Selain itu, jika ada kesulitan dalam memahami materi pelajaran bisa berkonsultasi secara langsung pada guru. Pemkab Barito Timur berkomitmen menuntaskan vaksinasi pelajar hingga akhir September 2021. Dalam setiap pelaksanaan vaksinasi, pihaknya akan melibatkan sasaran remaja yang berstatus pelajar.
”Seperti dalam setiap pelaksanaan vaksinasi massal, selalu diberikan jatah untuk vaksinasi pelajar,” kata Bupati Barito Timur Ampera AY Mebas. Pembelajaran tatap muka bisa digelar dengan catatan taat prokes, sedangkan jika ada peserta didik terpapar virus maka sekolah harus menunda pelaksanaan, misalnya dalam jangka waktu 14 hari kemudian, untuk selanjutnya PTM dilanjutkan kembali.
”Kami mendorong pelaksanaan PTM bisa segera digelar di Kalteng karena vaksinasi pelajar SMA sederajat sudah hampir 90 persen. Jangan bertambah lagi pelajar yang menikah dini karena terlalu lama tidak masuk sekolah,” kata Kepala Dinkes Kalteng Suyuti Syamsul. (ant)