Jembatan di Desa Natai Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) terancam ambrol. Selain usia lebih dari tiga dekade, kondisi itu diperparah dengan gerusan arus sungai yang terjadi selama bertahun – tahun dan pelapukan material sehingga ketika dilewati angkutan bermuatan berat banyak yang patah.
Kepala Desa Natai Baru, Asmiarti meminta agar jembatan yang merupakan akses utama masyarakat di desanya dapat perhatian dan dilakukan peningkatan dengan jembatan permanen. “Usia jembatan tersebut sudah cukup tua lebih dari tiga dekade atau sekitar 36 tahun. Bahkan lebih tua dari usia Desa Natai Baru,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa sebelum transmigrasi masuk pada tahun 1986, jembatan tersebut sudah berdiri, sehingga wajar kalau warga mengkhawatirkan kondisi jembatan tersebut.
Selain usianya yang sudah uzur, badan jembatan berkonstruksi kayu pada bagian bawahnya tidak ada penyangga, sehingga rawan ambruk, karena sudah banyak yang patah.
Pemerintah desa setempat sudah seringkali mengusulkan perbaikan jembatan tersebut pada Musrenbang namun hingga saat ini belum terealisasi. Sejatinya pada tahun 2021 sudah diketok palu namun karena refocusing anggaran Covid-19 perbaikan kembali tertunda.
Menurutnya keberadaan jembatan tersebut sangat vital bagi masyarakat setempat. Jembatan tersebut menjadi satu-satunya penghubung menuju Pangkalan Bun dan sebaliknya.
jembatan tidak hanya digunakan untuk mengangkut hasil pertanian warga, tetapi juga menunjang sektor perdagangan dan sering dilewati para pelajar dari desa.
“Kami sudah duduk bareng bersama dengan tiga perusahaan yang ada di Natai Baru. Kami sudah sepakat untuk melakukan perbaikan bagian jembatan yang rusak,”pungkasnya. (tyo/sla)