Pengakuan menghebohkan meluncur dari mulut seorang kader partai di Kabupaten Kotawaringin Timur, PL. Dalam sebuah wawancara yang dipandu artis Nikita Mirzani, wanita itu mengaku menjadi pemuas nafsu pria hidung belang dari pejabat hingga kalangan artis. Sampai tadi malam (1/4), pukul 21.45 WIB, video wawancara berdurasi 32,37 menit yang diunggah di akun Youtube OPRA Entertainment tersebut telah dilihat sebanyak 22.469 kali.

PL secara terang-terangan menyebutkan dirinya membuka layanan pesanan sebagai pemuas nafsu pria yang kerap disebut ”Open BO”. Menurutnya, pekerjaan tersebut dijalaninya sebagai penghasilan sambilan. ”Memang sudah jalannya aja kali ya. Memang jadi penghasilan sambilan, di samping pekerjaan lain. Memang udah pengen aja, sudah terlanjur. Ya udah, sekalian aja,” katanya.

PL mengungkapkan, sebenarnya dirinya berasal dari keluarga yang berkecukupan. Tanpa melakukan pekerjaan yang dianggap publik sebagai bisnis haram itu, dia bisa hidup layak apabila menetap di tempat asalnya; Kabupaten Kotawaringin Timur. ”Cuma aku ingin ke Jakarta. Ingin mandiri dan gak mau nyusahkan orang tua,” ujarnya. Dia kemudian menceritakan pengalamannya mendapatkan tamu. Menurutnya, pelanggannya pernah menggunakan jasanya saat ketemu dalam sebuah acara. Ketika ada yang tertarik, dia membuka peluang untuk ”digunakan”.

Untuk menjaring pelanggan, dia biasanya kerap memancing dengan menggoda targetnya. PL mengaku tak menetapkan tarif tertentu bagi setiap orang yang menggunakan jasanya. ”Tapi, biasanya kalau ketemu orang, dia yang paham, minta nomor rekening terus ditransfer,” ujarnya, seraya menambahkan, pertama kali menerima bayaran melalui transfer, dia mendapat sebesar Rp 3 juta untuk sekali pelayanan. Keuntungan yang besar membuatnya terus menjalani profesi itu. Dia bahkan pernah melayani pejabat partainya dengan bayaran sebesar Rp 15 juta untuk sekali pelayanan. ”Itu juga cuma bentar, enggak sampai setengah jam. Udah balik ke kamar dia lagi. Kebetulan nginapnya di hotel yang sama saat ada kegiatan partai di daerah Banjarmasin,” tuturnya.

Saat memuaskan nafsu pelanggannya, PL menambahkan, dia mewajibkan menggunakan pengaman bagi orang yang belum dikenal agar tak hamil. Namun, apabila melayani orang yang dikenalnya dan bayarannya tinggi, dia bersedia tanpa pengaman. Lebih lanjut PL mengatakan, dirinya pernah mendapat pelanggan yang paras wajahnya tampan. Kalau sudah demikian, dia tak lagi memikirkan besarnya bayaran.

”Yang penting aku senang. Tapi, ya rata-rata ngelayani tamu ganteng, anak muda, bayarannya enggak pernah gede. Paling banyak itu Rp 3 juta,” ungkapnya. PL juga mengaku pernah melayani artis saat sang artis tersebut mengunjungi Sampit pada 2017 silam. Artis itu merupakan vokalis band ternama. ”Sekitar tahun 2017. Dulu vokalis band. Dia manggung di daerah aku,” ujarnya kepada Nikita Mirzani.

PL mengaku melakoni pekerjaan tersebut sejak 2016. Hasilnya, dia mampu memenuhi gaya hidup yang diinginkan, membeli mobil, membelikan rumah untuk orang tuanya. Dia juga mengaku saat ini menjadi wanita simpanan seseorang yang membuatnya harus tinggal di Jakarta. Sebagai ”imbalannya”, dia menerima uang secara rutin yang besarannya sekitar Rp 5 juta – Rp 10 juta. ”Kalau di sana (Kalteng, Red), banyak orang yang tahu beliau. Jadinya aku di Jakarta,” tuturnya. Kepada Nikita, PL menyatakan niatnya untuk maju mencalonkan diri pada pemilihan legislatif tingkat provinsi tahun 2024 mendatang. Dia juga tak khawatir video pengakuannya itu akan viral dan jadi perbincangan publik. ”Kan aku bisa ngeles (menghindar, Red),” ujarnya santai.

Dihubungi terpisah, Ketua DPC Gerindra Kotim Ary Dewar mengatakan, PL sebelumnya merupakan kader Gerindra Kotim. Dia bahkan sempat dipercayakan menjadi ketua organisasi sayap Gerindra. Namun, kini statusnya bukan lagi kader Gerindra. ”Yang bersangkutan sudah mengundurkan diri sebelumnya dari partai ini, sehingga tidak ada sangkut pautnya lagi,” kata Ary Dewar.Saat dikonfirmasi, PL membenarkan dirinya telah mengundurkan diri dari Gerindra. Mengenai pengakuannya pada Nikita Mirzani, dia menyebut hanya konten. ”Itu hanya sebatas konten. Jadi, bagaimana penilaian publik itu hak masing-masing,” tandasnya. (hgn/ang/ign)