Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di perbatasan Desa Keraya dan Teluk Bogam (Sungai Bakau) Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, terus meluas. Sulitnya akses menuju titik kebakaran membuat api tidak terkendali. Kebakaran hutan yang terjadi pada Jumat 1 April 2022 pukul 12.00 WIB terus meluas dan semakin besar pada malam harinya. Puluhan Satgas Darat Karhutla dari unsur BPBD Kobar, Manggala Agni, MPA, TNI, Polri dan masyarakat sekitar terus berusaha menghalau api. Hingga Sabtu pukul 14.00 WIB, satgas masih berupaya melakukan pemadaman.
Informasi dihimpun, api yang awalnya terbagi di dua titik menjadi tidak terkendali lantaran akses menuju kepala api tidak bisa dilalui oleh armada water suplay BPBD. Untuk mencapai titik api, personel harus menggunakan roda dua dan berjalan hingga beberapa kilometer. Hingga Jumat sore, luas area yang terbakar sudah mencapai 30 hektare dan luasan tersebut belum terhitung saat api kembali berkobar pada malam hari hingga Sabtu siang.
Diprediksi luasan hampir mencapai sekitar 100 hektare. Malapetaka hampir saja terjadi ketika kendaraan water suplay BPBD yang merangsek mendekati api mengalami amblas dan tidak bisa bergerak, sementara api malam itu semakin mendekat. Beruntung ketika api hanya berjarak beberapa meter dari mobil water suplai, datang bantuan dari belakang dan akhirnya mobil bisa dikeluarkan.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kobar Martogi Sialagan mengatakan, personel BPBD kembali dikerahkan ke lokasi kebakaran, dan bergabung dengan personel dari unsur lainnya. “Dini hari tadi sempat meredup apinya, namun ada informasi api yang sempat dipadamkan di kepala api awal penanganan kembali menyala,” kata Martogi, Sabtu (2/4). Sulitnya penanganan karena sumber api dan peralatan tidak bisa masuk, sehingga hanya mengandalkan alat konvensional berupa gepyok dan jet shooter (semprotan punggung) serta pemadam portable.
Kapolres Kobar AKBP Bayu Wicaksono menegaskan bahwa saat ini timnya terus bekerja melakukan penyelidikan mendalam atas peristiwa kebakaran hutan dan lahan tersebut. “Kita masih lidik penyebabnya dan tim masih bekerja, nanti info lanjutannya,” ujarnya singkat.
Terkait maraknya kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kotawaringin Barat, sejatinya BMKG mempunyai rilis setiap harinya peringatan terhadap daerah rawan karhutla. Namun anehnya berdasarkan data Fine Fuel Moisture Code atau tingkat kemudahan terbakar di lapisan atas permukaan tanah untuk 1 April 2022 di wilayah Kobar sebenarnya aman, namun kondisi lain juga memengaruhi misal kondisi bagian bawah tanah, kontinuitas hujan dan lain-lain.
“Dalam peta semua wilayah di Kalteng kemarin (Jumat), sebagian besar aman yang ditandai dengan warna biru, namun untuk hari ini (Sabtu) saya buka di web Spartan BMKG agak aneh tampilannya karena hampir semua wilayah Kalteng berwarna merah atau rawan karhutla,” ungkap Kepala Stasiun Meteorologi (Stamet) Bandara Iskandar Pangkalan Bun, Aqil Ikhsan. Sementara itu berdasarkan pantauan citra satelit di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat juga tidak terpantau atau terdeteksi adanya hotspot. “Padahal harusnya ada, karena jika musim kemarau lebih banyak muncul hotspot atau karena faktor kemampuan citra satelit bila terdapat tutupan awak menjadi tidak terdeteksi,” pungkasnya. (tyo/sla)