Peternak ayam petelur di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) gulung tikar, terutama pengusaha peternakan ayam petelur skala kecil.
Informasi dihimpun, kondisi tersebut bukan hanya terjadi di Kabupaten Kotawaringin Barat tetapi juga terjadi di sentra ayam petelur di Pulau Jawa. Selain terpaan pandemi Covid-19, mahalnya harga pakan ayam pada saat itu, dituding menjadi penyebab para peternak ayam petelur tidak bisa melanjutkan usahanya.
Salah seorang peternak ayam petelur lokal, Ratna Malasari mengakui, saat pandemi Covid-19 banyak peternak ayam petelur gulung tikar, terutama diakibatkan tingginya harga pakan.
“Banyak peternak gulung tikar saat pandemi, semua serba naik, pakan juga ikut naik. Akhirnya para peternak banyak yang mundur, alias afkir dini ayam-ayamnya,” terangnya, Kamis (25/8).
Dampak yang dirasakan saat ini adalah kenaikan harga telur di pasaran karena permintaan saat ini sedang tinggi-tingginya.
Bahkan, sebagai peternak lokal ia mengaku kewalahan untuk memenuhi permintaan pasar, terlebih pasokan dari Jawa juga belum maksimal.
Sementara untuk harga telur ayam lokal perdusnya mencapai Rp650 sampai Rp680 ribu dan untuk satu piringnya mencapai Rp60 ribu.
“Harga tersebut masih di bawah harga tertinggi beberapa waktu lalu yang mencapai Rp70 ribu per piringnya, untuk harga telur Jawa paling rendah Rp55 sampai Rp55 ribu per piringnya saat ini,” ungkapnya.
Menurutnya harga telur yang turun naik masih terbilang wajar, karena harga telur di pulau Jawa saat ini juga mengalami peningkatan. (tyo/sla)