Selama November lalu, Kalimantan Tengah mencatat inflasi sebesar 0,16 persen. Angka itu disebabkan gejolak harga sejumlah komoditas, di antaranya beras, rokok kretek filter, kangkung, tomat, bawang merah, emas, obat dengan resep, dan ikan tongkol. Hal tersebut disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah (Kalteng) saat rilis perkembangan Indeks Harga Konsumen Provinsi Kalimantan Tengah November 2022, Kamis (1/12). Inflasi Kalteng merupakan gabungan dari dua kota yang jadi acuan, yakni Palangka Raya dan Sampit.
Kepala BPS Kalteng Eko Marsoro mengatakan, inflasi gabungan Palangka Raya dan Sampit pada November 2022 terjadi karena kenaikan indeks harga pada kelompok transportasi (1,09 persen), kelompok kesehatan (0,47 persen), kelompok perawatan pribadi, dan jasa lainnya (0,37 persen).
Kemudian, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (0,21 persen), penyediaan makanan dan minuman atau restoran (0,14 persen), pakaian dan alas kaki (0,05 persen), rekreasi, olahraga dan budaya (0,04 persen), dan kelompok makanan, minuman, dan tembakau (0,02 persen).
”Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi pada November 2022, antara lain angkutan udara, beras, rokok kretek filter, kangkung, tomat, bawang merah, rokok kretek, emas perhiasan, obat dengan resep, dan ikan tongkol,” ujarnya. Dia melanjutkan, untuk komoditas yang memberikan sumbangan deflasi, antara lain cabai rawit, minyak goreng, kacang panjang, bahan bakar rumah tangga, ketimun, daging ayam ras, udang basah, cabai merah, ikan patin, dan pisang. Terkait Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Tengah tahun 2022, Eko mengatakan, mencapai 71,63. Meningkat 0,38 poin (0,53 persen) dibandingkan capaian tahun sebelumnya (71,25). Selama 2010-2022, IPM Kalteng rata-rata meningkat sebesar 0,69 persen.
Menurut Eko, pembangunan manusia di Kalteng terus mengalami kemajuan. Sejak 2018, status pembangunan manusia Kalteng meningkat dari level sedang menjadi tinggi. Selama 2010-2022, IPM Kalteng rata-rata meningkat sebesar 0,69 persen per tahun, dari 65,96 pada 2010 menjadi 71,63 pada 2022. ”Setelah mengalami perlambatan pada 2020 akibat pandemi Covid-19, pada 2021 dan 2022, peningkatan IPM Kalteng terus membaik seiring penanganan pandemi Covid-19 yang berjalan baik dan pemulihan kinerja ekonomi Kalteng,” katanya.
Lebih lanjut Eko mengatakan, jumlah penumpang angkutan udara selama Oktober meningkat 2,76 persen dibanding September, sementara jumlah penumpang angkutan laut selama Oktober naik 1,53 persen dibanding September. Menurut Eko, lalu lintas barang menggunakan angkutan udara turun 2,63 persen, dari 1.064 ton pada September menjadi 1.036 ton pada Oktober 2022. Sementara melalui angkutan laut turun 2,42 persen, dari 1,63 juta ton pada September menjadi 1,59 juta ton pada Oktober.
”Selama Oktober, aktivitas penumpang angkutan laut terkonsentrasi di Pelabuhan Kumai (68,71 persen), sementara volume arus barang terkonsentrasi di Pelabuhan Sampit (60,01 persen),” katanya. Terkait perkembangan perdagangan luar negeri pada Oktober 2022, Kalteng mencatat ekspor sebesar US$501,56 juta, naik 26,32 persen dibanding September 2022. Sedangkan, Impor Kalteng pada Oktober senilai US$4,17 juta, turun 32,51 persen dibanding September. ”Batu bara, minyak kelapa sawit, emas bongkahan, bijih zirkonium, dan lignit merupakan komoditas utama ekspor Kalteng selama Oktober. Jepang, India, dan Tiongkok menjadi negara tujuan utama ekspor, sementara Singapura, Laos, dan Tiongkok negara asal impor Kalteng,” katanya. (daq/ign)