PANGKALAN BUN - Mendekati perayaan Natal dan tahun baru, harga telur ayam di sejumlah pasar di Kotawaringin Barat (Kobar) mulai meroket. Salah satunya di pasar tradisional di Pangkalan Bun.
Tidak terkendalinya harga telur ayam di pasaran diduga akibat tersendatnya pasokan telur dari Pulau Jawa. Sementara pasokan lokal belum bisa memenuhi permintaan pasar. Di pasar tradisional Indra Sari, Kelurahan Baru harga telur ayam perpiringnya tembus Rp 65 ribu sampai Rp 68 ribu, untuk diketahui satu piring telur berisi 30 butir.
Salah seorang pedagang telur di pasar tersebut, Masrinah mengungkapkan, kenaikan harga telur ayam karena sudah tinggi dari distributor di Pulau Jawa.
"Informasi yang kami terima keterlambatan distribusi telur menjadi salah satu penyebabnya, sehingga stok yang ada berkurang," ungkapnya, Senin (19/12).
Faktor lain yang menjadi penyebab harga telur ayam naik yaitu mahalnya pakan ayam serta saat ini memasuki musim afkir ayam petelur sehingga produksi telur berkurang.
"Kalau normalnya harga per piringnya empat puluh sampai empat puluh lima ribu, kita tidak ada pilihan dengan kondisi saat ini, apalagi natal dan tahun baru sudah dekat, kan memang begini setiap tahunnya," ujarnya.
Meroketnya harga telur ayam dipasaran, ternyata diikuti oleh harga daging ayam potong yang mencapai Rp43 ribu per kilogram, kenaikan ini bertahap dan hampir setiap hari cukup dikeluhkan oleh pedagang kuliner.
Salah seorang pedagang kuliner, Lia mengaku bingung dengan tingginya harga daging ayam, lantaran mereka tidak bisa serta merta menaikan harga perporsinya, sementara untuk mengurangi ukuran ayam juga tidak mungkin.
Menurutnya kenaikan dari Rp40 ribu, naik Rp41 ribu, dari harga tersebut kemudian naik lagi Rp43 ribu, kalau terus naik kan kami yang pusing, sementara harga perporsinya tetap saja segitu," keluhnya. (tyo/sla)