PALANGKA RAYA – Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Sugianto Sabran menggagas pembangunan shrimp estate atau klaster tambak udang vaname modern secara berkelanjutan untuk mendukung pemenuhan target produksi secara nasional pada 2024.
"Saya optimis shrimp estate menjadi jembatan sinergitas lintas sektor dalam memajukan sektor kelautan dan perikanan di Kalteng, sehingga berkontribusi dalam mewujudkan target nasional 2 juta ton udang pada 2024," kata Sugianto dalam keterangan yang diterima di Palangka Raya, Kalteng, Senin.
Program ini merupakan terobosan inovatif yang digagas Sugianto Sabran dengan membangun klaster-klaster tambak udang modern konsep zero waste dan berkelanjuan, sehingga memberi dampak sosial ekonomi masyarakat bagi peningkatan pendapatan daerah dan menjadi pemicu bagi daerah di kabupaten pesisir lainnya.
”Tambak udang vaname seluas 40,17 hektare yang kami bangun di Desa Sungai Raja, Kecamatan Jelai, Kabupaten Sukamara merupakan salah satu program prioritas Kalimantan Tengah yang menjadi sumber kekuatan ekonomi baru bagi wilayah pesisir," tegasnya.
Sugianto menjelaskan potensi kekayaan sumber daya alam Kalimantan Tengah cukup berlimpah, namun masih belum berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Oleh karenanya, diperlukan inovasi dan terobosan yang menyentuh langsung kepada masyarakat. Pembangunan tambak udang vaname ini, menurutnya, sangat tepat sebagai daya ungkit perekonomian di daerah pesisir.
Dengan total luas area yang dibangun 40,17 hektare dan pembangunan infrastruktur sudah mencapai 94 persen, terdiri dari empat klaster tambak udang yang memiliki jumlah kolam sebanyak 72 buah, ditargetkan Desember 2023 sudah bisa melakukan penebaran benur.
Sugianto Sabran meyakini program ini mampu memberikan kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD), menyerap tenaga kerja lokal, menjadi model budi daya udang vaname berkelanjutan baik di Kalimantan Tengah maupun nasional, serta menjadi komoditi ekspor andalan.
Dia pun menyebut pembangunan klaster tambak udang di Desa Sungai Raja ini merupakan satu-satunya di Indonesia yang dibangun menggunakan APBD.
“Keterlibatan dari pemangku kepentingan dan berbagai pihak dibutuhkan dalam menyukseskan program prioritas ini. Inovasi akan tidak memiliki nilai, apabila semangat kebersamaan dalam mencapai tujuan tidak terbangun dengan baik. Untuk itu sinergi dan kolaborasi menjadi penentu dalam keberhasilan," jelasnya. (ant)