KUALA KURUN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunung Mas (Gumas), melalui Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) setempat melaunching sekolah lanjut usia (lansia) Bahagia, Mandiri, Giat, Sehat, Sejahtera (Barigas) pertama di wilayah ini.
"Saya menyambut baik sekolah lansia ini, karena sejalan dengan program dari smart human resources, yakni mewujudkan lansia yang sehat, mandiri, aktif, produktif (smart), serta bermartabat dalam tujuh dimensi lansia tangguh secara utuh yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan negara," ucap Wakil Bupati Gumas Efrensia LP Umbing, Senin (26/2).
Menurutnya sekolah lansia tidak hanya sekedar mempelajari aspek fisik, namun di dalamnya memiliki keterkaitan antar elemen baik fisik, sosial, psikologis, ekonomi, dan spiritual."Kami minta agar lansia tetap mempertahankan kemandirian, sehat, aktif dan produktif, karena kesehatan yang buruk pada lansia tidak hanya berdampak bagi individu, tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat luas," imbuh Efrensia.
Dia berharap sekolah lansia yang sudah terbentuk itu dapat berjalan dengan baik dan sukses, sehingga dapat menjadi percontohan atau pilot project dari pembentukan sekolah lansia selanjutnya.
"Sekolah lansia adalah salah satu upaya pendidikan secara non formal yang dilakukan sepanjang hayat bagi lansia," tuturnya.
Terpisah, Kepala DP2KBP3A Kabupaten Gumas Rina Sari menuturkan, sekolah ini salah satu upaya pendidikan non formal sepanjang hayat dan merupakan bagian terintegrasi dari bina keluarga lansia (BKL).
Misi sekolah lansia yakni pembelajaran sesuai dengan profil lansia, kebutuhan, potensi dan kondisi wilayah, serta membangun kerjasama lintas program dan sektor untuk mendukung proses pembelajaran.
"Sekolah lansia ini bertujuan meningkatkan kualitas kegiatan kelompok BKL dalam mewujudkan lansia tangguh, meningkatkan pemahaman tentang konsep smart, pengetahuan tentang proses menua sehat dan sakit, meningkatkan, keterampilan dan perilaku lansia tentang kesehatan fisik dan mental, tentang kehidupan sosial dan ekonomi," papar Rina.
Dia menambahkan, sasaran peserta sekolah lansia yakni pada usia pralansia (45-59 tahun) dan lansia 60 tahun ke atas. Pengajar dalam sekolah lansia yakni relawan dengan latar belakang kesehatan dan non kesehatan, praktisi kesehatan seperti dokter, perawat, bidan, ahli gizi dan tenaga kesehatan lain, dosen dan mahasiswa, serta aktifis penggerak pemberdayaan lansia.
"Dalam pelaksanaan sekolah lansia, juga akan ada evaluasi terkait keberhasilan proses belajar dalam bentuk tertulis, lisan dan observasi. Semoga ini bisa menjadi percontohan bagi kecamatan lain," pungkas Rina Sari. (arm/gus)