PANGKALAN BUN – Helikopter bom air, bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mulai beroperasi, Senin (21/9). Operasi pertama dilakukan di sekitar kawasan Taman Nasional Tanjung Putting (TNTP), Kobar, yang dikepung titik api dari luar.
”Di TNTP sudah dikepung api, makanya bergerak ke sana dulu, kemudian menyisir wilayah Kumai ke daerah pesisir. Setelah itu baru ke Kecamatan Arut Selatan dan wilayah lainnya. Setelah di Kobar, baru ke Kotawaringin Timur (Kotim),” kata Komandan Lanud Iskandar Letkol PNB Jhonson Henrico Simatupang di Base Ops Lanud Iskandar.
Menurut Jhonson, selain melakukan pemboman air, satgas udara penanganan bencana kebakaran lahan dan hutan juga berkoordinasi dengan Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan Manggala Agni (Galag) Bajarmasin. Terkait Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), berkoordinasi dengan Pontianak Kalimantan Barat (Kalbar).
Kegiatannya sudah berjalan dua hari. Untuk kegiatan menekan kebakaran hutan dan lahan yang menyebabkan bencana kabut asap, akan terus dilaksanakan sampai ada perintah pencabutan operasi oleh pemerintah.
”Harapan kita, bom air ini efektif memadamkan api sebagai biang asap. Dalam sekali angkut mampu membawa air dua ton,” kata Jhonson.
Kepala Balai TNTP Heru Raharjo membenarkan titik api di TNTP cukup banyak. Api muncul berasal dari luar kawasan yang bersentuhan dengan masyarakat. TNTP merupakan wilayah konservasi yang di dalamnya terdapat beragam satwa dilindungi, termasuk orangutan.
”Melalui tim sebelumnya juga sudah melakukan upaya. Saya sekarang lagi di Jakarta, silakan datang ke Kantor untuk datanya,” katanya.
Asap Kian Pekat
Sementara itu, kabut asap yang kembali pekat di Pangkalan Bun, membuat Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kobar terpaksa kembali meliburkan sekolah. Sebelumnya pelajar sudah diliburkan selama tiga hari dan kemarin sudah harus masuk. Ribuan siswa terpaksa dipulangkan kembali karena kondisi udara yang berbahaya.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kobar Ibramsyah mengatakan, bahwa pemulangan pelajar terpaksa dilakukan mengingat kondisi kabut asap kembali pekat.
”Seharusnya memang masuk hari ini (kemarin, Red), namun karena asap kembali pekat, kita ambil kebijakan untuk memulangkan siswa. Dengan kondisi kabut asap tadi bagi, itu sangat berisiko,” ujarnya.
Selanjutnya, kata Imbram, Selasa (22/9) sekolah tetap masuk. Pihaknya akan terus memantau kondisi udara. Pihaknya juga akan kembali menggelar rapat koordinasi. Keputusan ada di kepala dinas dan Bupati Kobar.
”Rencananya, besok (hari ini, Red) kita akan ada pertemuan lagi, membahas langkah lanjutan akibat kabut asap tersebut,” terangnya.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Bandara Iskandar Pangkalan Bun Lukman Soleh mengatakan, kabut asap di Pangkalan Bun dan sekitarnya kembali pekat. Jarak pandang di pagi hari bahkan turun drastis, hanya 10 meter.
”Pagi tadi sangat pekat, jarak pandang juga rendah, tapi karena embusan angin cukup stabil, maka siang hari kabut sudah berkurang dan tidak sampai menimbulkan pembatalan penerbangan seperti beberapa hari lalu,” katanya. (sam/sla/ign)