SAMPIT – Di balik seremoni panen raya jagung serentak yang digelar di Jalan Jenderal Sudirman Kilometer 29, Kamis (5/6) pekan lalu, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) ingin menunjukkan bahwa jagung mulai diprioritaskan sebagai salah satu andalan untuk memperkuat ketahanan pangan dan perekonomian daerah.
Acara ini bukan hanya soal panen jagung, kegiatan tersebut menjadi penanda bahwa sektor pertanian, khususnya tanaman pangan jagung kembali mendapat prioritas pembangunan yang serius di Kotim.
Wakil Bupati Kotim Irawati yang hadir dalam kegiatan panen tersebut menegaskan bahwa keberhasilan panen jagung kali ini adalah wujud nyata sinergi lintas sektor, mulai dari pemerintah daerah, TNI, Polri, pelaku usaha, hingga kelompok tani.
“Panen ini bukan hanya capaian pertanian semata, tapi juga strategi pembangunan jangka menengah Kotim. Kita ingin melihat sektor primer, terutama pertanian, menjadi pilar utama ekonomi daerah yang tangguh dan berkelanjutan,” ujar Irawati.
Jagung dinilai memiliki prospek kuat sebagai komoditas yang adaptif terhadap perubahan iklim, mudah diakses oleh petani, serta memiliki pasar yang stabil, baik untuk konsumsi lokal, pakan ternak, hingga bahan baku industri. Terlebih, peningkatan harga jagung dalam beberapa tahun terakhir menjadi insentif tersendiri bagi petani untuk mengembangkan lahan tanamnya.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kotim, luas tanam jagung di Kotim meningkat signifikan dalam dua tahun terakhir, dengan kontribusi terbesar berasal dari wilayah selatan dan tengah kabupaten. Dukungan akses permodalan, pendampingan teknologi, hingga pola kemitraan dengan swasta disebut menjadi kunci keberhasilan panen raya kali ini.
Pemkab Kotim juga mulai menyusun roadmap jangka panjang pengembangan kawasan jagung berbasis korporasi petani, termasuk integrasi dengan sektor peternakan dan energi terbarukan berbasis biomassa.
“Subsektor jagung kita dorong bukan hanya sebagai sumber pangan, tapi juga sebagai pintu masuk menuju industrialisasi pertanian daerah. Skema pertanian modern yang terhubung dengan industri hulu-hilir harus mulai kita bangun,” tegas Irawati.
Momentum ini diharapkan dapat menggeser persepsi lama terhadap sektor pertanian sebagai sektor subsisten. Dengan tata kelola yang tepat, subsektor jagung bukan tidak mungkin menjadi salah satu penggerak utama ekonomi Kotim di masa depan. (yn/yit)