SAMPIT – Razia penyakit masyarakat (pekat) Sabtu (28/11) malam, menjaring sebanyak delapan pasangan diduga bukan suami istri. Sepasang pelajar berhasil lolos dan kabur lewat jendela belakang. Mereka diyakini meninggalkan kamar tanpa busana alias bugil.
”Sepertinya mereka kabur duluan, pakaian mereka masih ada di dalam kamar,” ucap Samsiah, petugas Satuan Pamong Praja yang memeriksa salah satu kamar di penginapan di Jalan Tjilik Riwut.
Petugas meyakini penghuni kamar yang kabur merupakan pasangan pelajar. Pasalnya, dari barang-barang yang diperiksa ditemukan identitas pelajar. Petugas juga telah berupaya melakukan pencarian ke sekitar penginapan. Namun hasilnya nihil.
Sementara itu, di penginapan yang sama, petugas juga menemukan pasangan bukan suami istri berduaan di dalam kamar dan membawa alat kontrasepsi. Ada juga pasangan yang diduga selingkuh, karena status KTP-nya berbeda dengan pasangannya. Bahkan, ada yang kedapatan petugas sedang tak berpakaian sama sekali saat digerebek.
Petugas juga mendapati pasangan ABG (19) dengan pria lanjut berusia sekitar 50-an tahun. Ketika digelandang ke kantor Satpol PP Kotim, ABG dan pria ini tampak santai. Sang pria sempat berucap, bahwa dia sedang apes karena terjaring razia. ”Biasa saja. Sialnya, ya cuma kejaring saja,” katanya sambil tersenyum.
Menjelang pemilihan kepala daerah, razia pekat memang gencar dilakukan. Tujuannya agar pilkada bisa berjalan aman dan tertib. Selain itu, juga agar menghilangkan pandangan negatif masyakat terhadap keberadaan dan penggunaan tempat penginapan dan barak.
Razia yang dilakukan oleh petugas lintas instansi itu memfokuskan tempat penginapan dan barak atau tempat kos sebagai sasaran penertiban. Dari kegiatan yang dilakukan, ternyata masih banyak penginapan atau hotel yang membiarkan tamunya melakukan kegiatan amoral, seperti selingkuh, tempat kumpul kebo, dan perilaku negatif lainnya.
Ironisnya, dari sejumlah pasangan yang ditangkap, ada yang masih di bawah umur. Pelaku yang tertangkap pun berasal dari berbagai profesi, mulai dari pelajar, pengusaha, hingga PNS.
”Tentunya ada sanksinya bagi pemilik hotel. Akan kami panggil terlebih dahulu, cek izinnya, bahkan sampai pencabutan,” kata Kepala Seksi Ketertiban Umum Satpol PP Kotim Supriady.
Kegiatan razia pekat ini merupakan yang terakhir menjelang Pilkada. Namun, Supriady memastikan, tetap akan melaksanakan razia, karena selain pilkada, masih ada momentum lain seperti natal dan juga tahun baru. Pasangan yang telah ditangkap dilakukan pendataan. Selanjutnya diberi peringatan agar tidak melakukan hal serupa di kemudian hari.
Sekadar diketahui, menjelang pilkada ini, petugas gabungan telah melakukan tiga kali razia. Kebanyakan yang ditangkap merupakan pasangan di luar nikah dan tak sedikit di antaranya merupakan anak di bawah umur.
Razia tidak hanya dilakukan di hotel dan tempat hiburan malam, tapi juga menyasar ke barak yang rawan dijadikan tempat berkumpul dan jadi sasaran maksiat. Sebagian besar barak yang dirazia berada di dekat kawasan kompleks pendidikan. (oes/ang/ign)