SAMPIT – Tradisi tahunan mandisafardi SungaiMentaya yang dilaksanakan Selasa (1/12), lebih sepi dibandingkan tahun sebelumnya. Menurunnya jumlah peserta diseinyalit karena isu buaya yang disebut-sebut sering menampakkan diri di sungai. Selain itu, banyaknya warga yang tenggelam di sungai tersebut juga menjadi salah satu penyebabnya.
Mandi safar dipusatkan di sekitar dermaga Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit. Kegiatan itu dilaksanakan di bawah pengawasan ketat kepolisian dan Tim SAR. Warga setempat dengan menggunakan kelotok, berjaga di lokasi untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Turut hadir dalam kegiatan itu, Plt Bupati Kotim Godlin beserta jajarannya, sejumlah anggota DPRD Kotim, Kapolres, TNI, dan pejabat lainnya.
Selain peserta yang berasal dari warga Sampit sendiri, juga ada sejumlah pengunjung dari luar kota, ikut bercebur ke sungai. Dengan menceburkan diri ke sungai diyakini dapat membersihkan diri dari hal negatif, sehingga diharapkan bisa terhindar bencana dan kesialan.
Selain itu, peserta juga tertarik ikut karena panitia menyediakan hadiah. ”Cuma ikut-ikutan saja. Saya dengan banyak hadiahnya. Sekalian buang sial,” kata Budi yang menonton acara tersebut bersama keluarganya kemarin, Selasa (1/12).
Meski saat itu hujan deras, warga tetap antusias mengikuti. Rian, warga lainnya yang mengikuti mandi safar mengatakan, kegiatan itu hanya ada setahun sekali, sehingga rugi apabila dilewatkan.
”Saya merasa senang, karena pada kesempatan kali ini saya juga dapat mengikuti mandi safar," katanya
Kegiatan itu dikemas secara apik dan dijadikan event pariwisata Kotim yang cukup dikenal secara nasional. ”Agenda tahunan ini merupakan salah satu pariwisata yang ada di Kotim, sehingga wajib dilestarikan,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dibudpar) Kotim Fajrurrahman dalam sambutannya. (mir/rm-71/ign)