SAMPIT– Pengentasan desa tertinggal menjadi salah satu konsentrasi pasangan Supian Hadi-Taufiq Mukri jika kembali terpilih memimpin Kotim nanti. Sebenarnya, hal ini sudah dirintis sejak periode pertama kepemimpinan SAHATI pada 2010-2015. Dengan pembangunan infrastruktur, pasangan ini memperjuangkan agar tak ada lagi desa tertinggal di Kotim.
Lantaran luas wilayah yang besar, pembukaan infrastruktur di Kotim memerlukan waktu dan proses. Ditambah pula kondisi geografis beberapa wilayah terbilang sulit. Banyak anggaran yang diperlukan untuk membangun akses infrastruktur secara menyeluruh.
”Dengan kondisi saat ini saja masyarakat di daerah pedalaman sudah bersyukur, karena meskipun akses jalan baru dibuka namun hal tersebut mampu membuka desa mereka dari keterisolasian dan tidak lagi menjadi desa tertinggal,” jelas Ahmad Yani, salah seorang pendukung SAHATI yang kerap kali turun ke pedalaman.
Misalnya Desa Tumbang Ngahan yang berpuluh-puluh tahun tidak pernah dibuka akses darat, selama dipimpin SAHATI desa tersebut sudah mampu diakses melalui jalur darat, dan tidak lagi masuk dalam desa tertingal.
”Jika SAHATI kembali terpilih akses infrastruktur dari Desa Tumbang Ngahan akan diteruskan hingga Desa Tumbang Gagu, dan hal tersebut sudah diperjuangkan SAHATI agar masyarakat di daerah pedalaman merasakan akses jalur darat,” ujarnya.
Berdasarkan data, dari 168 jumlah desa yang ada di Kotim, hanya tinggal 6 desa yang masih tergolong desa tertinggal. Ini yang akan dientaskan.
”Meskipun ada di pedalaman namun masyarakat masih tetap bisa berkomunikasi dengan adanya program telekomunikasi yag diperkuat oleh SAHATI nantinya,” terangnya.
Yani berani berargumen jika masyarakat mulai dari desa hingga kota, seluruhnya siap dan menyatakan tekad untuk mendukung SAHATI dan kembali melanjutkan kepemimpinan SAHATI jilid dua. (dc)