PASANGAN calon dari jalur perseorangan Muhammad Arsyad- Nadiansyah tak mampu meraup banyak suara, setidaknya berdasarkan perhitungan sementara. Termasuk di dua tempat pemungutan suara (TPS) dekat kediaman Arsyad di Jalan Manggis V, Sampit.
Dikunjungidi kediamannya, di Kompleks Perumahan KPR di Jalan Manggis V, Sampit, pukul 12.00 lewat (setelah Zuhur), Arsyad terlihat santai. Dia hanya mengenakan kaos oblong dan sarung.
Tak terlalu banyak orang di sana, apalagi diskusi penting. Hanya terlihat sebagian keluarga besar, dan beberapa orang tim pemenangannya yang bersantai di teras rumah. Di situ juga tak terlihat calon wakil bupatinya, Nadiansyah.
”Pak Nadiansyah masih di rumahnya di Jalan Jeruk I. Mungkin nanti juga ke sini,” ucapnya.
Sekelebat raut kecewa terlihat dari mukanya ketika menatap layar smartphone yang dia pegang. Tampaknya dia sangat menyayangkan masih banyak warga yang tidak menggunakan hak suaranya alias golput.
”Sayang sekali banyak warga yang tidak menggunakan hak pilihnya,” gumamnya.
Meski terlihat santai, Arsyad tampak aktif memantau perolehan suara dari timnya di berbagai tempat. Sesekali dia bertanya bagaimana perolehan suara di daerah-daerah di luar kota, melalui timnya yang hadir saat itu.
Beberapa orang dari tim-nya yang aktif menelepon dan menerima pesan singkat, hanya geleng-geleng kepala dengan hasil perhitungan cepat sementara yang diterima.
”Rata-rata di setiap daerah paslon 2 (SAHATI) dan 4 (ZAMRUD), kita (MADANI) sedikit,” ucap salah seorang tim pemenangannya berkomunikasi dengan Arsyad.
Di wilayah Selatan Kotim, yang diharapkan menyumbang suara dengan andil terbesar bagi MADANI, ternyata juga mengecewakan. Bahkan kabar yang diterima suara paslon nomor urut 2 masih di atas 60 persen.
Mendapati laporan sementara yang seakan menamparnya bertubi-tubi itu, Arsyad tetap tampak begitu tegar. Dia juga terlihat cukup berbesar hati, melihat perjuangannya memungut 35.000 dukungan sebagai syarat pencalonan jalur perseorangan, pupus oleh hasil perhitungan sementara yang dilaporkan kepadanya.
Di TPS 31 di lingkungan tempat tinggal Arsyad, MADANI hanya mengantongi 13 suara. Sedangkan paslon momor urut 1 sebanyak 7 suara, nomor urut 2 sebanyak 203, dan nomor 4 sebanyak 64 suara.
Demikian juga di tempat dia memilih yakni di TPS 2, MADANI hanya memperoleh 47 suara. Satu suara kalah dari Paslon nomor 4 yang meraup sebanyak 48 suara. Sedangkan paslon nomor 1 mendapat 14 suara, dan paslon nomor urut 2 tetap teratas dengan perolehan sebanyakl 197 suara.
PALING SANTAI
Sesantai-santainya Arsyad, tetap tak mengalahkan Djunaedy Drakel. Calon bupati nomor urut 1 itu tampak tak merasakan klimaks hajatan demokrasi di Kotim. Ketua DPC PKB Kotim itu yakin semuanya diatur Yang Mahakuasa.
Tak seperti calon lainnya, Drakel meminta tak dikawal secara pribadi. ”Orang tegang itu kan biasa saja, tetapi saya tidak merasakan hal tersebut,” kata mantan anggota DPRD Kotim selama 15 tahun tersebut.
Bersama empat anaknya, pagi kemarin Drakel mencoblos di TPS di Kampus Universitas Darwan Ali (UNDA). Dengan kemeja putih, mereka bertolak menggunakan mobil jenis BMW. Usai mencoblos, Drakel menuju rumah makan sebelum kembali ke kediamannya di Jalan Kapten Mulyono.
Saat perhitungan suara, Drakel kembali memantau. Sesekali dia menelepon tim dan saksi di lapangan untuk mengkonfirmasi perkembangan terbaru.
”Kalau Djunaedy kalah, itu biasa. Tapi kalau menang, luar biasa. Karena saya gak modal seperti calon lain, tim orang-orang partai juga semua pada lari ke SAHATI. Tetapi saya di situ melihat mana yang setia dan tidak,” kata Djunaedy.
Ya, Drakel mengaku hanya menghabiskan sekitar Rp 50 juta pada Pilbup Kotim kali ini. Dia memang ogah menghabiskan uang miliaran rupiah. ”Mending saya buat masa depan anak-anak, iya kalau sukses jadi bupati, kalau gagal pusing kepala saja,” ujar Drakel sembari bercanda.
Kegagalan kali ini dianggap pelajaran berharga. Selanjutnya, dia memutuskan berkarir di dunia pelayaran. Dunia yang digelutinya sebelum berpolitik.
”Sepertinya saya kembali memilih ke karir awal di dunia pelayaran, karena awalnya saya di Kotim memang dari pelayaran. Kakak dan adik-adik kelas alumni pelayaran mengajak kembali lagi,” kata pria yang juga pengusaha ternama era perkayuan 1990-an lalu.
”Kotim mesti terus dibangun, dan masyarakat jangan sampai terpinggirkan, karena mereka yang memberikan kepercayaan,” tutur Drakel tentang harapannya kepada pemimpin terpilih. (oes/ang/dwi)