SAMPIT – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kotim dinilai gagal meningkatkan partisipasi pemilih dalam Pemilihan Bupati Kotim 9 Desember lalu. Hal ini terbukti dari minimnya jumlah pemilih yang hadir ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memberikan suaranya.
”Kalau bisa dikatakan gagal, ya, tetapi khusus masalah meningkatkan partisipasi pemilih yang jauh berada di bawah target. Mestinya target 70 persen partisipasi pemilih itu bisa tercapai. Tapi, hanya di bawah 50 persen dan sekitar 170 ribu jiwa saja yang memilih dari DPT 350 ribuan jiwa,” kata Ketua DPRD Kotim Jhon Krisli, Selasa (15/12).
Jhon menuturkan, tingginya tingkat golongan putih atau golput disebabkan bentuk ketidakpercayaan kepada pemimpin daerah untuk bisa membawa perubahan untuk kehidupan masyarakat. Janji kampanye dinilai hanya sebatas lip service kepada warga. Sebab, ketika sudah terpilih dan dilantik menjadi seorang kepala daerah, harapan warga semakin menipis.
”Sikap apatis ini muncul karena mereka menilai pemimpin daerah tidak pernah membawa perubahan terhadap kehidupan mereka hingga enggan hadir ke TPS untuk menyalurkan hak pilihnya,” tuturnya.
Selain itu, lanjutnya, ada juga warga yang beranggapan Pilbup Kotim ditunda, padahal yang ditunda adalah Pilgub Kalteng. Hal tersebut karena minimnya sosialisasi yang dilakukan KPU.
”Padahal, dari sisi pemenuhan anggaran untuk KPU Kotim sudah diberikan maksimal. Meski demikian, (kegagalan) ini hanya terbatas pada menurunnya partisipasi pemilih, sedangkan pelaksanaannya cukup sukses,” katanya.
Jhon juga menilai, suasana Kotim menjelang dan berakhirnya pemilihan tetap kondusif. Tiga calon yang gagal dinilai telah memahami dan memiliki sikap negarawan yang baik dalam berdemokrasi.
”Sejauh ini Kotim sangat kondusif. Ini artinya paslon yang bertarung sudah membantu kita untuk tetap menjadikan Kotim yang aman dan nyaman bagi semua kalangan,” katanya. (ang/ign)