SAMPIT – Warga Kota Sampit dalam beberapa hari terakhir dibuat jengkel oleh ulah penjual serbuk Abate. Pasalnya, selain tidak resmi, mereka menjual serbuk abate dengan setengah memaksa.
Idah, warga Kelurahan Mentawa Baru Hilir, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, mengaku geram dengan paksaan penjual abate ilegal itu. ”Dia menjual Rp 5.000 per bungkus, memaksa pula. Saya cuma beli satu tidak boleh, harus tiga bungkus,” ucap Idah, Kamis (17/12).
Tak hanya Idah, warga lainnya juga mengeluhkan demikian. Meski tak mengaku secara langsung sebagai pertugas, warga sempat terkecoh. Penjual abate berpenampilan menyerupai petugas dari dinas kesehatan, sehingga warga terpaksa membeli serbuk pemberantas nyamuk itu.
”Mereka biasanya berjualan lebih dari satu orang. Berpakaian mirip pegawai dinas, ngomongnya juga mirip petugas kesehatan,” kata Rina, warga lainnya.
Dikonfirmasi terkait masalah ini, Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur Faisal Novendra Cahyanto menegaskan, orang yang menjual serbuk abate ke masyarakat seperti itu bukan petugas dari Dinas Kesehatan.
”Serbuk abate atau larvasidasi ini gratis, bisa diminta di Puskesmas terdekat. Jika ada oknum menjual abate ke masyarakat, jelas bukan petugas dinkes dan kami tidak pernah memberi izin maupun rekomendasi,” tegasnya.
Selain penjual serbuk abate, lanjut Faisal, ada juga oknum yang memungut biaya untuk pengasapan (fogging). Padahal, Dinkes tak pernah memberi izin dan memberi rekomendasi untuk memungut biaya pengasapan.
”Ya, saya juga mendapat suratnya. Bukan dari Dinkes, tapi mengaku tim kesehatan, menawarkan fogging dengan biaya,” ungkapnya.
Faisal meminta masyarakat agar tidak melayani oknum tersebut. Sebab, tak menutup kemungkinan serbuk abate yang dijual merupakan produk palsu. Warga juga diminta tidak membiarkan petugas tidak resmi tersebut melakukan pengasapan dengan pestisida berbahaya yang tidak terjamin, bahkan membahayakan kesehatan.
”Pokoknya, kalau ada yang jual serbuk abate atau menawarkan fogging dengan biaya tertentu, jangan dilayani,” katanya.
Seperti diketahui, Desember ini diyakini merupakan masa peningkatannya wabah demam berdarah dengue (DBD). Puncak penularannya diperkirakan akan terjadi sampai Januari. Selain DBD, masyarakat juga diimbau mewaspadai penyakit malaria dan kaki gajah. Sebab, di musim penghujan seperti sekarang, populasi nyamuk yang menyebarkan penyakit itu diyakini meningkat. (oes/ign)