SAMPIT – Harga bahan bakar minyak (BBM) mengalami penurunan pada 5 Januari nanti. Tapi masyarakat yang sudah mengetahui kabar tersebut sudah tidak sabar. Sebab, banyak yang menanyakan mengapa harga di eceran masih Rp 9.000 per liter.
”Saya beli di eceran masih segitu (Rp 9.000) harganya, apa memang belum turun?” ungkap Sari, warga Kecamatan Ketapang, Kamis (24/12).
Jika pun sudah turun, menurut warga, angka penurunan harga tersebut terlalu kecil. Sehingga tak kan berpengaruh terhadap warga. Terutama yang masih membeli bensin eceran.
”Kalau di tempat penjual bensin eceran mana ada perubahan. Mereka pasti tak mau turun,” kata Husin, warga lainnya.
Sementara itu, pedagang bensin eceran masih belum tahu kabar penurunan harga tersebut. Mereka juga masih menjual bensin stok lama.
”Stok kami masih ada waktu beli dengan harga Rp 7.300,” kata Idah, pedagang bensin eceran.
Diberitakan, Menteri ESDM Sudirman Said menegaskan bahwa harga baru BBM ini turun cukup signifikan. Pemerintah juga telah memutuskan untuk memberlakukan pungutan guna mengumpulkan dana ketahanan energi dari setiap liter BBM bersubsidi, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.
”Ini untuk pengembangan energi baru dan terbarukan,” ujar Sudirman di Istana Negara, Rabu (23/12) sore.
Untuk Premium, dana pungutan untuk ketahanan energinya sebesar Rp 200. ”Harga keekonomian Premium dari Rp 7.300 menjadi Rp 6.950. Kemudian kami memungut dana ketahanan energi Rp 200 jadi Rp 7.150,” tuturnya.
Sedangkan pungutan dana ketahanan energi untuk solar sebesar Rp 300 per liter. Harga jual solar diturunkan menjadi Rp 5.650 per liter. Namun, dengan pungutan dana ketahanam energi, maka solar bersubsidi akan dijual Rp 5.950 per liter.
Namun, harga baru itu tak serta-merta berlaku. ”Harga ini berlaku mulai 5 Januari 2016,” kata Sudirman.
Lantas, mengapa harga baru itu diberlakukan mulai 5 Januari tahun depan? ”Untuk menghabiskan stok harga lama sehingga distributor tidak dirugikan,” tandas Sudirman. (oes/dwi)