SAMPIT – Keberadaan buaya tengah menghantui warga di bantaran Sungai Mentaya, Desa Jaya Karet, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Mereka tak leluasa beraktivitas di sungai karena takut jadi korban binatang buas. Bahkan, beberapa ternak warga juga sudah dimangsa oleh predator yang bisa hidup di dua alam ini.
”Saat ini buaya dalam keadaan lapar, karena lagi musim kawin. Tidak hanya manusia yang diincar, tetapi juga ayam warga yang ada di kandang di pinggir sungai dimakannya juga," kata Umar (40), warga Desa Jaya Karet, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Jumat (25/12).
Hampir setiap hari, buaya muncul. Tidak hanya di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, tetapi juga di Desa Penyaguan, Kecamatan Pulau Hanaut. Sebab, di desa itu pernah seorang anak disambar buaya pada 2014, hingga saat ini tidak ditemukan.
"Karena ancaman buaya yang tidak berkesudahan. Warga di sana buat teralis di batang atau lanting yang biasa digunakan untuk mandi warga pinggir sungai," jelas Umar.
Kemunculan buaya di wilayah itu terus menghawatirkan. Mengantisipasi adanya korban jiwa, warga memagari lanting (tempat mandi) di pinggir sungai dengan kawat, untuk melindungi dari serangan buaya Mentaya yang dikenal ganas.
Di tahun 2014, terjadi kurang-lebih sepuluh kali serangan buaya terhadap warga bantaran sungai. Meski ancaman buaya terus menghantui, namun tidak sedikit dari warga yang masih nekat mandi di sungai yang tidak dipasang teralis besi.
Sementara jarak Pulau Lepeh yang menjadi habitat buaya dengan perkampungan pinggir sungai itu sekitar setengah kilometer. "Habitat buaya di sana memang banyak. Puluhan ekor habitatnya di Pulau Lepeh. Banyak muncul buaya di Desa Jaya Karet, Basirih Hulu dan Bagendang Hilir. Di tiga tempat itu sering muncul,” tandas Umar. (tha/yit)