SAMPIT – Pengusaha warung remang-remang di kawasan bundaran KB mengaku tidak akan pernah kapok membangun kembali bisnis mereka meski sudah berulang kali dibongkar petugas. Pasalnya, usaha tersebut sangat menjanjikan.
”Nanti saya bangun lagi, enggak apa-apa hari ini dibongkar. Mau gimana lagi, kasihan anak buah saya enggak ada kerjaan nanti," kata Budi, pengelola warung remang-remang yang tempatnya ikut dibongkar, Selasa (29/12).
Budi menuturkan, sepekan yang lalu dirinya baru bayar sewa warung itu sebesar Rp 2 juta setiap bulannya. ”Rugi saya nanti, apalagi saya baru saja bayar,” katanya.
Dia mengaku sudah enam bulan menggeluti usaha warung remang-remang di lokasi itu, dengan menyewa sebuah warung yang terbuat dari kayu. Dia juga sudah dua kali harus merelakan tempat usahanya dibongkar paksa.
Budi mengaku tak pernah jera karena itu sudah jadi mata pencaharian mereka, apalagi lokasi itu strategis dan banyak pengunjungnya. Pengunjung warung remang-remang selalu ada, namun tidak menentu jumlahnya setiap malam.
Hal senada diungkapkan pengelola lainnya yang enggan namanya dikorankan. Menurutnya, pengelola warung remang-remang memang sudah kerap dipanggil sebelum warung mereka dibongkar. Akan tetapi, mereka mengaku tidak akan jera.
”Mending kita tantang saja sekalian. Enggak apa-apa dibongkar, nanti dibangun lagi. Upah bikinnya murah aja kok, sebulan saja jalan sudah dapat lebih untuk biaya pembangunannya," cetusnya.
Dia juga kecewa terhadap petugas yang tidak memperhatikan usaha mereka. ”Katanya menjalankan tugas, ya harusnya dipikirkan juga kami ini," ungkapnya.
Untuk mencari tempat lain, menurutnya tidak memungkinkan. ”Di tempat lain banyak saja, tapi sepi, enggak rame seperti di sini. Di sini, selain pengunjungnya para sopir, juga ada dari pejabat juga," tegasnya.
Terpisah, Komandan Satpol PP Rihel mengatakan, kemarin mereka membongkar delapan tempat maksiat itu. Warung yang dibongkar merupakan warung sebelumnya sudah pernah mereka tertibkan.
”Mereka tidak pernah jera kelihatannya. Memang kita melihat bisnis prostitusi ini menjanjikan, sehingga mereka bangun lagi setelah kita bongkar ini,” katanya.
Meski tidak pernah kapok, lanjut Rihel, untuk bisa memberikan efek jera, pada 2016 nanti pihaknya mempersiapkan staretegi khusus, yakni dengan menerapkan peraturan daerah.
”Mereka sudah kita panggil dan bikin surat perjanjian sebelum kita bongkar. Nah, kalau tahun depan masih kita temukan, tidak ada istilah lagi dibongkar begitu saja. Tapi, selain dibongkar, mereka akan kita jerat dengan tindak pidana ringan (tipiring),” tegasnya.
Dengan tipiring, Rihel yakin nantinya akan memberi efek jera untuk memberantas penyakit masyarakat di kawasan itu. ”Mereka tidak mau pindah dari sini ya alasannya karena banyak pengunjunganya. Apalagi di sini lokasinya tempat bongkar muat dan banyak sopir yang berkunjung,” ucapnya.
Sepanjang tahun ini, menurut Rihel, mereka sudah membongkar 20 tempat maksiat tersebut. Sebelum ditertibkan, terlebih dahulu pengelolanya dipanggil, sehingga sebagian untuk mengamankan bahan bangunannya itu, pengelola memilih membongkar sendiri.
Pantuan Radar Sampit, penertiban warung remang-remang itu juga melibatkan sejumlah anggota TNI dan Polri serta instansi terkait lainnya. Sejumlah pengusaha warung remang-remang bergegas menyelamatkan isi warunganya serta berupaya mengambil bahan-bahan bangunan yang bisa mereka lepas sendiri. Namun, ada juga yang pasrah bangunannya dihancurkan dengan alat berat petugas. (co/ign)