PANGKALAN BUN - Banjir di Kecamatan Arut Utara (Aruta) semakin parah dan meluas. Delapan desa terendam. Jalan di Desa Kerabu-Gandis tepatnya di kilometer 37 kini juga putus. Selain banjir, aliran listrik menuju Aruta juga mati.
Desa yang terendam banjir diantaranya Pangkut, Penyombaan, Riam, Gandis,Kerabu, Panahan, Pandau, dan Nangamua. Hanya dua desa yang aman dari terjangan banjir, yakni Dau dan Sambi.
Kondisi air semakin tinggi seiring hujan yang tidak kunjung reda selama dua hari terakhir. Kondisi ini diperparah dengan hilang hutan di Kecamatan Arut Utara karena beralih fungsi menjadi perkebunan sawit, pertambangan liar, serta hutan taman industri (HTI).
Akibat banjir ini juga membuat jalan Kerabu-Gandis putus tepatnya di Kilometer 37. Jalan tidak bisa dilewati kendaraann padahal merupakan akses warga Kecamatan Aruta. Ada jalan alternatif, namun harus memutar lewat perkebunan sawit PT SINP- PBNA.
Pemerintah Kecamatan Aruta terus melakukan pendataan terhadap warga yang rumahnya terendam banjir. Di Kelurahan Pangkut terdapat 230 KK yang terendam. Sementara untuk tujug desa lainnya masih terus didata. ”Totalnya seribuan lebih,” Kata Camat Aruta Marwoto.
Sementara ini pemerintah mengevakuasi para korban banjir untuk di tampung di aula Kelurahan Pangkut, aula Kecamatan Aruta, serta sejumlah tempat yang terhindar dari banjir.
”Yang jelas semua sudah dilakukan penanganan secara seadanya. Bantuan dari pemkab juga baru sebagian yang sudah datang,” jelasnya.
Sementara Bupati Kobar Bambang Purwanto mengatakan, dinsos segera turun ke lokasi banjir. Medan menuju ke sejumlah desa di Aruta cukup sulit.
”Dinsos sudah kami instruksikan untuk turun, jadi sudah melakukan aktivitas dan membantu warga di Aruta. Sementara BPBD dan dinas lain Jumat (hari ini) baru ke Aruta,” jelas Bambang.
Bambang belum bisa meninjau langsung ke lokasi banjir karena harus ke Jakarta. “Sepulang saya dari Jakarta ini nanti langsung saya usahakan ke Aruta. Ada urusan penting yang tidak boleh diwakilan dan harus bupati yang datang,” jelasnya.
Sementara Ketua Komisi A DPRD Kobar Akhmad Subandi sangat menyesalkan lambatnya bantuan baik logistik dan kebutuhan lainya bagi korban banjir. Banjir yang terjadi di Aruta sudah terjadi sejak tanggal 4, yang pertama terjadi di Desa Riam. Kini air terus meluas hingga merendam 1 kelurahan dan 7 desa di Aruta.
“Banjirnya sudah tiga hari. Tapi baru dinsos saja, dan BPBD baru Jumat turun. Itu sangat kami sesalkan. Pemkab harus lebih sigap terhadap hal-hal yang seperti ini,” kata Akhmad Subandi.
Dalam kondisi darurat seperti sekarang ini, pemerintah jangan memikirkan masalah anggaran dari mana. “Kalau masalah anggaran itu sangat klasik sekali,” cetusnya.
Banjir juga menggenangi Kecamatan Kotawaringin Lama (Kolam), tepatnya di Desa Kondang. Dalam dua hari terakhir akses ke desa yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Lamandau itu terendam air antara 60 sampai 70 centimeter.
Syahli, warga Kotawaringin Lama, terpaksa harus balik arah karena jalan di sebelah jembatan Sungai Gatal sudah banjir.
Kepala SDN 1 Kondang Kadirin membenarkan jalan ke Kondang sudah terputus, baik dari arah Desa Rungun ataupun dari arah Desa Suka Makmur. “Tadi saya melintasi jalan arah perkebunan sawit (wilayah Suka Makmur). Untuk melintasi jalan yang terendam, kendaraan saya tuntun,” ucapnya.
Apabila air terus meninggi, akses ke desa itu akan terputus total seperti yang terjadi pada Desember lalu. Untuk mengatasi hal itu warga setempat meninggakan kendaraannya di kebun atau di hutan dan selanjutnya mereka masuk ke desanya berjalan kaki sekitar satu kilometer.
Kadirin mengungkapkan, belum ada rumah warga yang terendam air. Dirinya berharap pihak terkait untuk meninjau Desa Kondang, agar segera dicarikan solusi.
“Mohon jalan ke Desa Kondang ditinggikan lagi sekitar dua meter, terutama jalan dari arah Desa Rungun. Karena kalau kita memutar menggunakan jalan perkebunan sawit, selisihnya mencapai 20 kilometer untuk sampai kecamatan,” harap Kadirin, Kamis (7/1). (gst/rin/yit)