PALANGKA RAYA – Organisasi yang dilarang pemerintah, Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), sempat eksis di Kalimantan Tengah (Kalteng). Anggotanya dari berbagai latar belakang. Mantan anggota organisasi itu mengaku masuk Gafatar karena tergiur pada program dan pelatihan yang ditawarkan.
”Saya bersama teman-teman, ikut karena dalam brosur yang mereka bagikan ada pelatihan merakit dan instalasi komputer, serta bahasa Inggris. Program pelatihan yang ditawarkan bukan hanya itu saja, banyak sekali," kata EB, mantan anggota Gafatar di Palangka Raya, Rabu (13/1).
EB menuturkan, setiap pertemuan pembimbing anggota baru, selalu memutarkan video kegiatan sosial Gafatar. Hal tersebut juga menjadi salah satu daya tarik, khususnya bagi mahasiswa.
”Setiap kita ada pertemuan, kita selalu diputarkan video kegiatan sosial Gafatar. Hal itu membuat kita sangat ingin bergabung dengan Gafatar dan siap terjun melakukan aksi sosial juga," ujarnya.
Menurut EB, ia bersama tiga orang temannya hanya aktif satu bulan. Saat itu belum diajarkan paham mereka yang dinilai sesat oleh pemerintah. ”Kita memang awalnya hanya dikenalkan masalah sosial dan ketahanan pangan. Mereka menilai ketahanan pangan suatu saat akan goyah, sehingga mereka fokus ke situ. Jadi selama satu bulan aktif itu, kita belum didoktrin paham mereka," ungkapnya.
EB menambahkan, mereka dulu dibimbing salah satu anggota Gafatar yang berasal dari daerah Jawa. ”Saat itu kita hanya di barak diberikan bimbingan dan pelatihan untuk instalasi komputer dan sebagainya. Dulu ada sektretariat di dekat An Nur, tapi saat ini sudah tidak ada lagi," ucapnya.
EB dan 3 orang temannya berhenti saat ingin dijadikan anggota tetap. ”Saat itu kita berhenti karena sibuk kuliah. Kan kita semester akhir, mau skripsi, jadi sangat sibuk. Banyak syarat yang diajukan untuk menjadi anggota mereka dan kita dulu diminta membuat proposal," tuturnya. (arj/daq/ds/fzr/mex/ign)(selengkapnya baca Radar Sampit, Kamis 14 Januari 2016)