Banyak cara orang untuk menempuh hidup sehat. Salah satunya dengan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang bersumber dari hewani. Nah, hanya dengan tempe, segala nutrisi pada sumber hewani ini bisa digantikan, percaya ?
USAY NOR RAHMAD, Sampit
TEMPE, siapa yang tak kenal dengan pEnganan khas Indonesia ini. Makanan ini sering dianggap remeh atau makanan kampung. Bahkan, ada istilah”mental tempe” dan ”kelas tempe” yang biasanya digunakan untuk merendahkan atau mengejek sesuatu.
Ada pendapat yang mengaitkan tempe dengan penyebab penyakit asam urat. Ada juga anggapan tempe makanan tidak bergizi, rendah mineral, atau lain-lainnya. Bahkan, ada yang tidak mau mengonsumsi tempe karena cara produksinya yang dinilai menjijikan. Misalnya dengan cara diinjak-injak.
Dalam seminar bukti ilmiah gizi kesehatan terkini yang digelar Indonesia Vegetarian Society Sampit, kemarin (17/1), segala anggapan miring tentang tempe tersebut dipatahkan. Semua dikupas tuntas dengan menghadirkan ahli gizi terkenal dan dihadiri ratusan warga yang tertarik menjadi vegan dan vegetarian.
Mien Karmini Mahmud, peniliti masalah gizi dan pangan senior Indonesia ini, menyempatkan diri berbagi ilmu gizinya kepada warga Kota Sampit. Wanita yang juga pernah menjabat sebagai ahli gizi Departemen Kesehatan RI itu, berupaya meyakinkan bahwa hidup hanya mengonsumsi bahan pangan nabati, tanpa produk hewani, itu tidak sulit.
Selain itu, dia juga banyak membahas fungsi dan kelebihan tempe, sebagai pengganti nutrisi yang biasa ditemukan pada pangan hewani. Biasanya vegan dan vegetarian khawatir kekurangan vitamin B12 yang tidak ada di sayuran. Namun, dengan mengonsumsi tempe hal tersebut bisa diatasi.
Soal penilaian cara pengolahan tempe yang menjijikkan, ditegaskan Mien hal itu tidak benar. Meski diinjak menurut Mien, proses pembuatan tempe melalui perendaman terlebih dahulu.
Menurutnya, tidak pernah ada makanan seajaib tempe. Walaupun dalam proses pembuatannya melibatkan miliaran mikroba, tapi tidak berbahaya bagi tubuh.
”Berkat pengolahan, tempe menjadi lebih baik dari pada kedelai. Karena mengandung semua komponen baik dari kedelai dan dalam nilai biologis tinggi. Tempe juga tidak lagi mengandung zat anti gizi dan kadar purin (penyebab asam urat) yang jauh berkurang,” jelasnya.
Ditambahkannya, tempe mengandung fitonutrien bebas seperti isoflavon dan zat baru yang tidak didapati pada kedelai seperti vitamin B12 aktif, enzim amilase, protease, lipase, zat anti bakteri aktif terhadap bakteri patogen seperti Clostridium botulinum, Klebsiella pneumoniae, Salmonella typhi dan Shigella flexneri.
Melalui penilitian Mien, pemberian tempe dalam bentuk tertentu, bisa menjadi obat bagi bayi dan balita yang menderita diare kronis dan gizi buruk. Selain itu, juga dapat menaikkan berat badan, meningkatkan kadar IgM, IgG, IgA (komponen imunitas, dan memperbaiki fungsi organ pencernaan dalam waktu relatif singkat.
”Tempe ini sumber protein bermutu tinggi, setara protein susu. Tetapi secara biologi manfaatnya lebih baik bagi tubuh,” katanya.
Dari berbagai penelitian yang telah menunjukkan manfaat dan cara kerja tempe dalam menanggulangi penyakit, mulai dari bayi sampai lansia, membuktikan bahwa tempe bukanlah makanan yang bisa disepelekan. Bahkan, data dari Direktorat Gizi Depkes 1992, tempe mengandung protein dengan bobot yang setara dengan daging ayam dan lebih mudah dicerna tubuh. Memiliki kandungan fosfor diatas daging kambing, vitamin A yang lebih banyak dibanding daging sapi, dan jauh lebih tinggi kalsium serta zat besi bila dibandingkan daging sapi, ayam, maupun kambing.
Sementara itu, terkait gaya hidup sehat melalui pilihan menjadi vegan atau vegetarian, Ketua Pengurus Daerah Indonesia Vegetarian Society di Sampit Yuliana Prayoga mengatakan, saat ini masyarakat masih belum banyak mengerti. Namun dari pengamatannya, ketertarikan untuk belajar menjadi vegetarian cukup tinggi di daerah itu.
”Selama ini orang tahunya kalau vegetarian itu hanya makan sayur dan buah-buahan mentah semata. Tapi kita di sini main di bumbu, jadi tetap menggugah selera. Jangan khawatir bagi yang suka rawon, soto, bisa disiasati walau tidak menggunakan bahan hewani,” jelasnya.
Dalam seminar kesehatan yang diadakan secara gratis itu, selain menghadirkan Mien Karmini Mahmud, juga hadir Susianto yang merupakan koordinator international Vegetarian Union Pasifik, yang juga merupakan Ketua Yayasan Tempe International. (***/ign)