SAMPIT— Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) di tahun 2019 dan tahun 2020, ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai kabupaten locus stunting di Kalimantan Tengah (Kalteng), sehingga harus menjadi perhatian, terutama dalam proses penanganannya.
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI tahun 2018, data stunting di Kotim sebesar 48,84 persen atau tertinggi se- Provinsi Kalteng.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kotim Halikinnor beberapa waktu lalu, menegaskan untuk seluruh pihak dapat berkomitmen mempercepat penurunan angka stunting, dan melakukan pencegahan secara berkelanjutan.
Menurutnya upaya memberantas stunting tidak hanya harus jadi perhatian pelaku sektor kesehatan, namun berkaitan dengan sektor ketersediaan pangan, harga pangan terjangkau, dan lapangan kerja guna mencukupi kebutuhan hidup juga perlu diperhatikan.
"Harapan saya agar seluruh pejabat daerah dan camat beserta jajaranannya secara intensif melaksanakan aksi percepatan penurunan stunting, melalui program dan kegiatan sesuai tugas, pokok dan fungsinya serta melakukan pendampingan," harapnya.
Stunting atau kondisi gagal tumbuh yang bisa dialami oleh anak - anak yang mendapatkan gizi buruk, terkena infeksi berulang, dan stimulasi psikososialnya tidak memadai. Anak dikatakan stunting ketika pertumbuhan tinggi badannya tak sesuai grafik pertumbuhan standar dunia.
Dampak stunting bukan sekadar tinggi badan anak. Apabila anak pendek, ketika remaja dia bisa tumbuh lagi. Ada kesempatan kedua untuk menaikkan tinggi badannya. Namun jika sudah stunting ini berkaitan juga dengan pertumbuhan otak, ketika sudah besar anak tidak bisa diobati lagi.
Terpisah, Wakil Gubernur Kalteng Habib Said Ismail Bin Yahya saat Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Program Banggakencana tingkat Provinsi Kalteng tahun 2020, Rabu (26/2) mengatakan, untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) perlu melakukan upaya pencegahan stunting melalui komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat.
"Masyarakat perlu diberikan pemahaman melalui komunikasi dan informasi tentang pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan berupa pemenuhan kebutuhan nutrisi secara optimal," ujarnya.
Disebutkannya keberhasilan upaya ini nantinya akan menentukan kualitas SDM di usia produktifnya dan secara keseluruhan akan berpengaruh pada bisa tidaknya suatu wilayah menikmati bonus demografinya. Sebab semakin baik kualitas SDM, maka akan semakin lama pula Kalimantan Tengah akan menikmati bonus demografi. (yn/dc)