Momentum peringatan HUT Kotim yang ke-68 Kamis (7/1) kemarin, sekaligus menjadi catatan sejarah bagi pembangunan di Kotim. Di akhir masa jabatannya, Bupati Kotim Supian Hadi meresmikan gedung Pelayanan Terpadu dan Instalasi Bedah Sentral RSUD dr Murjani Sampit.
HENY, Sampit
Suasana haru begitu terasa di ruangan lantai dua gedung baru rumah sakit. Semua tenaga kesehatan, manajemen rumah sakit serta sejumlah kepala dinas memenuhi undangan peresmian gedung baru rumah sakit.
Papan ucapan karangan bunga yang dikirim pihak swasta dan instansi pemerintah memenuhi halaman depan. Gedung yang menelan anggaran miliaran rupiah itu sebelumnya lama ditutupi seng selama masa pembangunan. Saat dibuka, masyarakat yang melihat bisa merasakan lapangnya halaman gedung baru yang dibangun layaknya konsep bangunan hotel.
Anggota Satlantas Kotim bersama pegawai Dishub Kotim pun terlihat siaga mengawal setiap sudut kota. Sekitar pukul 10.00 WIB, suara sirine semakin terdengar nyaring dari kejauhan mendekati gedung baru rumah sakit yang berlokasi Jalan HM Arsyad itu. Satu per satu mobil pejabat penting berdatangan memenuhi halaman gedung rumah sakit.
Di antara pejabat penting itu, ada yang menarik perhatian. Terlihat dua sosok pria dewasa keluar dari mobil. Kostum yang dikenakan kedua pria ini nampak tak biasa. Busana tradisi Dayak Pesisir bercorak dengan warna kain yang didominasi kuning melangkah menuju lift.
Dari pengamatan sekilas, pantulan lampu dari atas plafon membuat keramik lantai terlihat berkilau. Tak ingin ketinggalan momen, sejumlah awak media berusaha mengejar setiap langkah untuk mengambil gambar dua sosok pria yang terlihat tampan bak raja.
Dua pria itu adalah Bupati Kotim Supian Hadi dan Wakil Bupati Kotim Taufiq Mukri. Dalam lift itu mereka bersama Kapolres Kotim AKBP Abdoel Harris Jakin dan Kepala Kejari Kotim Hartono, serta beberapa orang lainnya.
Saat lift terbuka, mereka disambut senyuman Plt Direktur RSUD dr Murjani Sampit bersama pegawai lainnya. Para pejabat itu menggunakan masker dan diberikan cairan pembersih tangan setelah keluar dari lift.
Di lantai dua itu, sejumlah dokter kompak mengenakan pakaian dinas terbaiknya (jas putih). Ada pula beberapa kepala dinas serta pasangan calon bupati dan wakil bupati Kotim terpilih Halikinnor dan Irawati.
Saat memberikan sambutan, Supian mengatakan, fasilitas kesehatan menjadi faktor utama dan terpenting dalam mendukung peningkatan SDM, perekonomian serta aspek kehidupan lainnya.
”Kesehatan faktor terpenting. Dengan sehat kita bisa bekerja, anak-anak bisa sekolah," ucap kepala daerah yang sukses memimpin Kotim selama hampir dua periode ini.
Supian secara khusus mengundang keluarga almarhum Yudha Herlambang yang sebelumnya menjabat Plt Direktur RSUD dr Murjani Sampit. ”Saya ucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada almarhum Yudha Herlambang yang seharusnya bisa hadir di tengah-tengah kita," katanya.
Menurutnya, peran serta kerja keras Yudha bersama tim dalam membangun gedung baru patut diapreasi. Mengenang kehidupan almarhum yang berjasa dalam menyelesaikan berbagai persoalan rumah sakit, termasuk penyelesaian pembangunan rumah sakit membuat Supian meminta agar terdapat satu ruangan yang khusus dinamakan Dokter Yudha Herlambang.
”Mungkin saya akan meminta kepada Direktur RSUD nantinya agar memberikan satu ruangan bernama ruang Dokter Yudha Herlambang sebagai ungkapan terima kasih supaya anak cucu kita ingat sejarah," katanya.
Berbicara sejarah, Supian teringat ketika di awal masa jabatannya sebagai bupati, ibunya pernah sakit dan dirawat selama sekitar tiga bulan. ”Saat itu sedang musim hujan. Rumah sakit sering banjir, kasus pasien diare meningkat. Ibu saya sakit dan pernah dirawat di sini selama kurang lebih tiga bulan," ujarnya.
Sejak masa perawatan, Supian rela berkantor dan menggunakan Ruang Mawar menjadi ruang kantornya bekerja demi ibunda tercinta. Hal itu dilakukannya karena ibunya ingin selalu berada dekat dengannya.
”Saat itu ibu saya mendengar dari pasien lain kalau Ruang Cempaka banjir. Saya diminta mengecek terkait kondisi pasien yang berada di ruangan banjir itu," ucap anak ketiga dari empat bersaudara itu.
Singkat cerita, sang ibu berpesan agar Supian mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat. ”Kalau mama tidak ada, bangun rumah sakit yang layak dan bangun rumah ibadah di 17 kecamatan se-Kotim. Itu pesan ibu saya," tambahnya seraya menahan tangis dengan mata yang terlihat sudah berkaca-kaca.
Supian menuturkan, masyarakat Kotim patut berbangga dapat membangun dan meresmikan rumah sakit termegah di Kalteng. ”Saya bangun pelan-pelan. Mulai perbaikan infrastruktur dan sekarang kita patut berbangga bisa menyelesaikan pembangunan rumah sakit termegah di Kalteng," ujarnya.
Supian melanjutkan, layanan kesehatan harus terus ditingkatkan, dokter spesialis diperbanyak, dan fasilitas penunjang dilengkapi. ”Siapa yang menjadi Bupati Kotim nantinya harus lebih baik lagi. Masyarakat yang belum menjadi peserta BPJS lebih diperhatikan, tenaga kesehatan ditingkatkan, insentif nakes harus lebih diperhatikan," ucapnya dengan suara terbata-bata.
Supian menyadari pandemi Covid-19 yang menimpa Kotim sejak awal April 2020 lalu membuatnya gagal mengupayakan kesejahteraan tenaga kesehatan, terutama perihal insentif.
”Janji di 2020 kami tidak bisa meningkatkan insentif lebih untuk tenaga kesehatan. Kami berdua Pak Taufiq memohon maaf, karena Covid-19 bukan kita yang ciptakan. Karena Covid-19 seluruh tatanan kehidupan sampai pembangunan fisik tidak dapat kita lakukan, kecuali proyek multiyears," katanya.
Dia berharap agar Bupati Kotim berikutnya dapat menjadikan Kotim lebih maju dan berjaya. ”Mudah-mudahan pesan singkat ini bisa jadi perhatian serius bagi pemimpin Bupati ke depan. Berikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat Kotim," ucap Supian yang terlihat berat dalam berkata.
"Saya akan menangis kalau Kotim tidak bisa lebih baik. Buat masyarakat Kotim lebih banyak senyum sehingga kami bisa bangga melihat bupati ke depan bisa memajukan Kotim lebih baik lagi," tambahnya.
Pada akhir sambutan, Supian meresmikan bangunan gedung rumah sakit dengan memotong tali pita yang dirangkai bunga melati asli. Pemotongan pita itu sekaligus membuka tirai berwarna merah yang bertuliskan gedung Rumah Sakit Umum Terpadu dr Murjani Sampit. (***/ign)