Laporan kejadian ternak babi yang sakit dan mati semakin meningkat di beberapa desa dan kelurahan di Kabupaten Gunung Mas (Gumas). Ada dugaan penyakit Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) sudah merebak di wilayah ini.
“Terhitung mulai dari bulan September sampai dengan 7 Oktober 2021, daftar riwayat penyakit ternak yang sakit sebanyak 286 ekor, ternak yang mati 127 ekor, jumlah ternak yang sakit dan mati karena dipotong 47 ekor,” ucap Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gumas Letus Guntur, melalui Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Yuliana Elisabeth, Minggu (10/10).
Menurutnya, ternak tersebut tersebar di Desa Dahian Tambuk, Tumbang Lampahung, Teluk Nyatu, Pilang Munduk, Tumbang Miwan, Tumbang Hakau, Hurung Bunut, Sepang Kota, Tumbang Tariak, Rangan Tate, Petak Bahandang, Kasintu, Tumbang Pajangei, Tumbang Tambirah, Tewang Pajangan, dan Tumbang Habaon. Kemudian di Kelurahan Kurun, Tewah, dan Kampuri.
“Gejala penyakit ternak itu yakni demam, tidak mau makan, lemah tidak mau bergerak, gemetaran, mencret, dan tidak nafsu makan,” ujar Letus.
Pihaknya pun mengimbau kepada para peternak untuk melapor kepada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) atau langsung ke Dinas Pertanian pada Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, jika ada ternak yang sakit atau mati dalam jangka waktu 1 kali 24 jam.
“Kami juga mengimbau kepada peternak, untuk selalu waspada penyebaran penyakit ini. Kalau ada ternak yang mati, maka harus segera dikubur untuk mencegah penyakit tersebut meluas,” imbuh Letus.
Pihaknya juga meminta peternak agar tidak menjual daging ternak. Segera lakukan isolasi bagi hewan yang sakit dan dipisahkan dari hewan yang sehat. Lalu kandang ternak yang sakit dan mati, sebaiknya dikosongkan kurang lebih selama dua bulan dan dilakukan penyemprotan disinfektan.
“Kami minta kepada peternak untuk lebih pro aktif jika ada ternaknya yang sakit, dengan menghubungi nomor layanan petugas kesehatan 085248267963 atau 085252991752,” katanya.
Sejauh ini, kasus ternak khususnya babi yang sakit dan mati karena diduga terserang Demam Babi Afrika telah menjadi perhatian pemerintah pusat, yang langsung memerintahkan Balai Veteriner (B-Vet) Banjarbaru dan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalteng, meninjau dan mengambil sampel pada hewan ternak yang sakit.
“Mereka sudah turun ke lapangan untuk mengambil sampel, kemudian akan dibawa ke Banjarbaru untuk diteliti. Hasilnya itu akan keluar satu sampai dua minggu kedepan,” tandas Letus Guntur. (arm/gus)