SAMPIT – Tingginya curah hujan ditambah dengan drainase yang buntu di Jalan S Parman, membuat sebuah sekolah di kawasan itu; SMP Kristen Sampit dikepung banjir. Instansi terkait diharapkan segera melakukan normalisasi saliran air, karena banjir bisa menganggu proses belajar mengajar.
”Sekolah kami sejak kemarin (Minggu, 4/9) hingga tadi pagi harus terendam air. Padahal, Sungai Mentaya dalam kondisi tidak pasang. Setelah kami cek, drainase sekolah sudah baik. Ternyata, drainase di S Parman yang tidak bisa mengalir,” kata Kepala SMP Kristen Sampit Junjung Desem, Senin (5/9).
Junjung menuturkan, pihaknya akan segera bersurat ke instansi terkait untuk normalisasi drainase tersebut. Kondisi drainse di Jalan S Parman ini penuh dengan lumpur dan pasir, sehingga tidak bisa mengalirkan air dengan baik, terutama saat hujan. ”Hujan sebentar saja sudah banjir karena tidak dialirkan airnya,” kata dia.
Junjung menambahkan, untuk menyiasati lapangan utama agar tak terendam, pihaknya berinisiatif menimbun halaman sekolah. Hal itu untuk mencegah agar lapangan tidak becek dan berubah menjadi lumpur.
”Memang, setelah ditimbun tidak banjir. Tetapi, masalahnya ruang kelas akan semakin tenggelam. Air limpahan dari lapangan masuk ke ruangan semua,” ujarnya.
Beberapa hari terakhir intensitas hujan cenderung meningkat. Tingginya curah hujan tidak hanya berdampak pada wilayah perkotaan, tetapi juga sampai pelosok. Sejumlah daerah mulai memberikan sinyalemen akan terjadi banjir kiriman dari kawasan hulu.
Informasinya, banjir cukup parah terjadi di Kecamatan Parenggean yang membuat lalu lintas terputus akibat jalan terendam cukup dalam. Pengendara tidak berani menerobos lantaran banjir cukup dalam dan berarus cukup deras.
Banjir juga memutus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman arah menuju Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat. ”Banjir yang di Jalan Jenderal Sudirman itu masuk wilayah Seruyan," ujar Rihel, Kepala BPBD Kotim.
Rihel mengatakan, banjir yang kian sering diduga dipengaruhi faktor lain, seperti pendangkalan dan menyempitnya sungai. Sementara untuk di kawasan dalam Kota Sampit, banjir juga diduga turut dipengaruhi kondisi penurunan permukaan tanah.
Berdasarkan peringatan dini Stasiun Meteorologi BMKG Haji Asan Sampit, hampir seluruh kecamatan di Kotawaringin Timur diprediksi dilanda hujan. Masyarakat diminta mengantisipasi dampak yang mungkin muncul bersamaan cuaca buruk tersebut. (ang/ign)