Angka stunting di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menurun pada 2022 lalu. Hal itu berdasarkan data elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM) yang memperlihatkan penurunan status pendek dan sangat pendek pada bayi/balita. ”Pada tahun 2022 terjadi penurunan angka stunting. Dari 26 persen di tahun 2021, menjadi 22,6 persen di tahun 2022,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kotim Umar Kaderi.
Dia melanjutkan, meskipun terjadi penurunan, stunting masih menjadi tantangan pemerintah. Sebab, target angka prevalensi stunting dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional sebesar 14 persen di tahun 2024. ”Stunting memang jadi tantangan pemerintah daerah. Kami akan terus menurunkan angka stunting dengan berbagai inovasi yang menjadi fokus Pemkab Kotim dalam angka penurunan stunting,” katanya.
Dia melanjutkan, peran pemerintah daerah sangat penting memastikan pelaksanaan intervensi spesifik terhadap penurunan angka stunting. Percepatan penurunan harus dilakukan secara holistik, integratif, dan berkualitas. Peran aktif pemerintah daerah sangat diperlukan dalam memastikan pelaksanaan intervensi spesifik berjalan dengan baik.
Sementara itu, untuk tingkat partisipasi masyarakat di bidang kesehatan, berdasarkan bayi dan balita yang ditimbang, penduduk usia produktif dan lanjut usia yang mendapatkan skrining atau cek kesehatan terjadi peningkatan. Namun, masih tergolong rendah. Bayi/balita yang ditimbang dan mendapat pelayanan sesuai standar 63,8 persen, usia produktif yang diskrining 68,5 persen, dan usia lanjut diskrining 70,9 persen. Sedangkan posyandu aktif yang dihitung dari ketersediaan kader di posyandu, keaktifan masyarakat di posyandu, ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin, imunisasi bayi, pasangan usia subur ber-KB, dan adanya pengembangan program posyandu, baru 83 posyandu dari 317 posyandu (26,2 persen). (yn/ign)