PANGKALAN BUN – Kabupaten Kotawaringin Barat menetapkan salah satu program prioritas yakni penanganan stunting. Sejak tahun 2019, angka prevalensi stunting 23,98 persen dan kini terus mengalami penurunan signifikan.
Di tahun 2021 turun menjadi 9,68 persen dan telah berhasil diturunkan menjadi 4,78 persen di tahun 2022 atau jauh lebih rendah dari target nasional sebesar 14 persen di tahun 2024 nanti.
Sementara itu data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotawaringin Barat, di tahun 2023 per bulan Juni untuk anak Bawah Dua Tahun (Baduta) 213 atau 5.0 persen, kemudian anak Bawah Lima Tahun (Balita) 4.5 persen. Total balita stunting di Kobar tahun ini hingga bulan Juni adalah 521 atau 4,5 persen.
Plh Sekretaris Daerah (Sekda) Kotawaringin Barat, Juni Gultom mengungkapkan penurunan angka stunting dan penangananya, tidak terlepas dari komitmen dan aksi nyata dari Pemerintah Daerah (Pemda) dan semua kelompok masyarakat yang ikut menyukseskan program pemerintah.
Dimulai dari beberapa perangkat Peraturan Daerah (Perda), kabupaten menetapkan desa/kelurahan yang menjadi prioritas pencegahan dan penanganan stunting serta intervensi gizi spesifik dan sensitif.
Menurut Juni Gultom, selama ini Pemda membangun komitmen bersama masyarakat dan dunia usaha. Kemudian membangun sistem perencanaan terintegrasi dan berjenjang dengan sistem keterpaduan dan pelibatan SOPD terkait, hingga mengalokasikan anggaran sesuai prioritas masing-masing SOPD yang jumlahnya sebanyak 17.
Praktik baik itu disebut 'Jaga Hubungan Kerjasama Beraksi Tanggap Stunting' atau Jaga Huma Betang. Komitmen pemda tidak sebatas perencanaan saja, Kotawaringin Barat terus meningkatkan alokasi anggaran untuk kegiatan di 17 SOPD.
Pada tahun 2020 anggaran yang dialokasikan mencapai Rp51,7 miliar. Angka tersebut bertambah di tahun 2021 menjadi Rp58,9 miliar dan di 2022 sebanyak Rp74,9 miliar. "Untuk 81 desa se-Kabupaten Kotawaringin Barat anggaran kerja mereka menggunakan dana desa di 2022 sebesar Rp6.171.173.855 (Rp6,1 miliar)," sebutnya.
Dengan anggaran yang besar dan terus meningkat, tidak heran prevalensi di kabupaten Kobar, terus menurun. Apalagi alokasi anggaran benar-benar didukung dengan program yang tepat sasaran, yakni menyasar masyarakat di daerah bantaran sungai sebagai kelompok dengan prevalensi stunting cukup tinggi di Kabupaten Kobar.
Selain itu, Kabupaten Kobar juga menciptakan berbagai inovasi dalam upaya percepatan penurunan stunting. Seperti inovasi Kompak Yes di Desa Kumpai Batu Atas, Cebol, Gerakan Bersama PKK Cegah Stunting (Grebek Ceting) dan Gerakan Masyarakat Cegah Stunting itu Penting (Gema Ceping)
Inovasi-inovasi tersebut merupakan beberapa upaya yang telah dilakukan Pemkab Kobar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi dan perawatan yang baik pada masa awal kehidupan.
Dari sejumlah upaya yang telah dilakukan tidak heran Kabupaten berjuluk Marunting Batu Aji ini juga mampu meraih penghargaan Inovasi Penanganan Stunting. Kabupaten Kotawaringin Barat meraih penghargaan sebagai Kabupaten Terinovatif dalam Penanganan Stunting di Provinsi Kalimantan Tengah pada Bulan Juni 2023. Menurut tim penilai, Kabupaten Kotawaringin Barat dinilai berhasil melaksanakan delapan aksi konvergensi penurunan stunting di Kalimantan Tengah dan menciptakan berbagai inovasi dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Kabupaten Kobar berhasil melaksanakan program-program yang efektif, termasuk peningkatan akses terhadap gizi yang baik dan seimbang, peningkatan pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi sejak masa kehamilan, serta pengawasan terhadap pertumbuhan anak secara rutin. (sam/fm)