Puluhan peristiwa Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) periode Januari hingga Juli 2013 disebabkan faktor kesengajaan. Pembukaan lahan cara bakar masih menjadi pilihan masyarakat karena biayanya lebih murah dibandingkan dengan cara menebas. Untuk satu hektare pembukaan lahan dengan cara manual dibutuhkan biaya hingga Rp 4 juta. Biaya tersebut mencakup ongkos tebas dan penyemprotan menggunakan herbisida maupun bahan kimia lainnya. Biaya lebih mahal bila menyewa alat berat dengan biaya per hektare hampir Rp8 juta. Sebaliknya, jika dengan cara bakar hanya bermodal korek api.
Kabid Logistik dan Kedaruratan BPBD Kobar Martogi Sialagan mengakui bahwa kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membakar lahan menjadi faktor utama terjadinya karhutla. “Ya kita duga faktor kesengajaan, karena di beberapa kasus ditemukan adanya bekas aktivitas pembersihan lahan di lokasi yang terbakar,” ungkapnya.
BPBD Kobar senantiasa memberikan edukasi kepada masyarakat untuk tidak membakar lahan saat membersihkan lahan mereka. Edukasi diberikan kepada masyarakat sekitar lokasi Karhutla. Usai penanganan kebakaran hutan di Desa Kubu, Kecamatan Kumai, yang menghanguskan area hutan seluas 133 hektare, sehari kemudian karhutla kembali terjadi di kebun sekitar komplek Pesantren Mambaul Hasan Desa Sungai Tendang, Kecamatan Kumai.
Di hari yang sama karhutla juga terjadi di kebun tidak terawat di Gang Jati, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan. Personel gabungan kembali berjibaku dengan api. Beruntung api tidak sempat membesar berkat gerak cepat tim TRC BPBD Kobar. “Hari ini ada dua TKP di Sungai Tendang dan di Tatas, Gang Jati, Kelurahan Baru, tapi sudah kita padamkan. Aktivitas pembersihan lahan dengan dibakar menjadi penyebabnya,” pungkasnya. (tyo/yit)