Musim kemarau tahun 2023 ini dianggap berbeda dibanding tiga tahun sebelumnya. Kepala BMKG Stamet Iskandar Pangkalan Bun Aqil Ikhsan mengungkapkan, tiga tahun sebelumnya kemarau dibarengi dengan la nina sehingga masih turun hujan. Sedangkan tahun ini kemarau dibarengi dengan el nino sehingga cenderung kering. Curah hujan rata-rata di bawah normal.
“Hingga Oktober nanti masih kemarau, dan el nino diprakirakan berlangsung sampai akhir tahun,” katanya, Kamis (24/8). Dengan kondisi tersebut maka potensi karhutla di Kotawaringin Barat harus menjadi perhatian bersama, bukan hanya dalam pencegahan namun juga pada penanganan. “Puncak musim kemarau di Kabupaten Kotawaringin Barat terjadi pada September. Kewaspadaan pada potensi karhutla perlu mendapat perhatian lebih,” lanjutnya. Namun, kemarau tahun ini diprakirakan tetap akan turun hujan seperti yang telah terjadi dalam dua hari ini. “Diprakirakan sampai 27 nanti masih ada hujan ringan, semoga ini bisa membantu dalam penanganan karhutla dan juga sedikit mengatasi kekeringan,” harapnya.
Ia juga menyebut bahwa daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin terpantau di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya di Kalimantan bagian barat hingga Laut Natuna. Kondisi itu dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan sepanjang wilayah pertemuan udara tersebut. Kemudian dalam sepekan ke depan, kelembaban udara mencapai lebih dari 70 persen diprakirakan bertahan di lapisan hingga 500mb di sekitar Wilayah Kotawaringin Barat, Lamandau, dan Sukamara. “Hal ini mendukung potensi pembentukan awan penyebab hujan,” pungkasnya. (sla/yit)