Permukiman warga di bantaran Sungai Arut, Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), bakal ditata ulang. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan agar datang berkunjung. Penataan dilakukan dengan tetap mengedepankan kearifan lokal. Nuansa tradisional di permukiman bantaran sungai dinilai menjadi keunikan tersendiri dan tidak ditemui di permukiman wilayah perkotaan lainnya.
”Penataan tetap mengutamakan kearifan lokal setempat, karena hal itulah yang menjadi keunikan guna menarik wisatawan,” kata Penjabat Bupati Kobar Budi Santosa. Dia menuturkan, Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, menjadi pijakan pemerintah daerah untuk melakukan penataan ulang di permukiman sepanjang Sungai Arut. ”Sejatinya bukan kumuh. Hanya belum tertata. Kami punya kekuatan hukum untuk menata kembali kawasan di bantaran Sungai Arut tersebut,” ucapnya. Budi mengatakan, penataan ulang permukiman bantaran Sungai Arut tetap harus mengedepankan kearifan lokal. Hal itu sesuai komitmen pemerintah daerah dalam mengedepankan kepentingan masyarakat setempat. Jalan di sepanjang bantaran Sungai Arut terbuat dari kayu ulin. Hal yang unik dan memiliki nilai estetika sangat tinggi.
Menurutnya, jalan dari kayu ulin di sepanjang bantaran sungai tersebut kondisinya sudah sangat memprihatikan dan membahayakan bagi masyarakat yang akan melintas. Untuk itu, organisasi perangkat daerah (OPD) setempat agar segera memperbaiki, demi keamanan dan kenyamanan masyarakat. ”Beberapa waktu lalu saya meninjau langsung ke permukiman bantaran Sungai Arut. Kondisi jembatan sepanjang bantaran sungai itu sudah banyak yang rusak, sehingga ini menjadi perhatian khusus dari pemerintah daerah,” katanya. Budi menambahkan, penataan permukiman bantaran Sungai Arut ini juga merupakan dukungan kawasan menjadi destinasi wisata. Keberadaan Water Front City harus diimbangi dengan penataan permukiman yang baik. ”Sudah koordinasikan dengan OPD terkait agar segera memperbaiki jalan dan jembatan yang rusak. Kondisinya banyak yang berlubang, sudah memprihatinkan, dan membahayakan,” katanya. (tyo/ign)