Lima siswa di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, diskorsing selama satu pekan. Mereka dihukum lantaran memukuli adik kelasnya hingga babak belur setelah ketahuan membolos, Senin (23/10/2023). Korban berinisial FEM mengalami sejumlah luka akibat pengeroyokan. Dia luka robek dan lebam di bagian kepala sehingga mendapat empat jahitan di kepala. Ayah korban yang tidak menerima anaknya menjadi korban pengeroyokan oleh rekan satu sekolahnya, segera melaporkan peristiwa itu ke Mapolsek Kumai.
Kejadian berawal ketika siswa N yang merupakan teman akrab FEM membolos sekolah pada hari Jumat pekan lalu. Dia berkumpul di tempat tongkrongan bersama kakak kelasnya yang saat itu juga membolos. “Teman anak saya ini bolos sekolah, dan berkumpul bersama kakak kelasnya yang juga bolos sekolah di tempat tongkrongan mereka,” beber orang tua korban, Riki Mualimin, Selasa (24/10/2023). Keesokan harinya, ia dipanggil oleh gurunya. Dia ditanyai, membolos bersama siapa saja dan dimana berkumpul. Pihak sekolah kemudian memanggil semua siswa yang bolos.
Lantaran dibeberkan oleh N kepada guru, kakak kelasnya tidak terima dan melakukan ancaman melalui pesan WhatsApp. Selain itu kakak kelas mereka tidak terima tempat tongkrongan bolos mereka ditutup oleh pihak sekolah. Aksi pengeroyokan terjadi pada Senin 23 Oktober 2023 sepulang sekolah. N dijemput beramai-ramai dan dibawa ke satu tempat yang sepi di tepi jalan raya, kemudian N dipukuli beramai-ramai. Kebetulan saat itu FEM yang pulang sekolah melihat temannya dikeroyok oleh belasan orang. Dia bermaksud melerai dan menarik temannya keluar dari kerumunan kakak kelasnya. Namun, justru ia yang menjadi sasaran kemarahan teman-temannya. “Anak saya luka di bagian kepala mendapat 4 jahitan, luka lebam dan ada sedikit terbuka di kelopak mata,” bebernya.
Ia mengaku persoalan tersebut sudah dimediasi oleh pihak sekolah dan Mapolsek Kumai. Dari belasan orang yang ada di lokasi kejadian, lima orang yang mengaku melakukan pemukulan. Pihak sekolah pun memberikan sanksi skorsing selama satu pekan kepada lima siswa.
Riki menginginkan ada efek jera hingga dia meminta kepada kepolisian untuk melakukan pembinaan terhadap lima orang tersebut selama menjalani skorsing. “Sudah diselesaikan dan dimediasi, tapi saya ingin ada efek jera, dan kelimanya saya minta untuk dilakukan pembinaan oleh Polsek setempat,” pungkasnya. (tyo/yit)