Penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) belum reda. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanudin Pangkalan Bun masih merawat sebanyak 28 pasien DBD. Sudah hampir dua pekan terakhir pasien DBD yang dirawat melonjak. Baik pasien dari Kabupaten Kobar, maupun rujukan dari kabupaten lain, seperti Lamandau, Sukamara, dan Provinsi Kalimantan Barat.
Sebanyak 28 pasien DBD yang menjalani perawatan, terdiri dari anak-anak sebanyak 15 orang dan dewasa 13 pasien. Kepala bidang Keperawatan RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun Aimandinata mengatakan, rata rata pasien yang dirawat kondisinya mulai membaik. Sebagian pasien diperbolehkan pulang setelah dilakukan beberapa hari penanganan. ”Kalau dari jumlah, memang ada peningkatan pasien DBD dalam dua minggu terakhir. Rata rata per hari kami merawat sekitar 25 pasien DBD. Ada yang keluar dan ada yang masuk,” ujarnya. Untuk pasien anak, dilakukan perawatan di ruang lanan, sementara pasien dewasa terbagi di beberapa ruangan, seperti sindur, meranti, dan lainnya.
Menurut salah satu orang tua pasien anak yang terserang DBD dari kelurahan Mendawai, anaknya mengalami gejala demam tinggi sekitar beberapa hari lalu. ”Awalnya panas tinggi, muntah lalu badannya lemas. Saya antar berobat ke dokter,” ujarnya. Namun, setelah minum obat, kondisinya tidak juga membaik. Akhirnya anaknya dibawa ke rumah sakit. ”Alhamdulillah, sekarang sudah mulai mendingan. Sudah mau dan bisa makan sedikit sedikit,” katanya.
Ada belasan pasien anak lainnya yang dirawat di ruang perawatan lanan tersebut. Bahkan, sejumlah pasien DBD yang dirawat sempat kritis, namun berangsur pulih. Umumnya gejala demam berdarah bersifat ringan dan muncul 4–7 hari sejak gigitan nyamuk dan dapat berlangsung selama 10 hari. Gejala bisa saja berkembang menjadi semakin parah jika terlambat ditangani.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kobar, sepanjang 2023 ada 448 kasus DBD. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. ”Sepanjang 2023 hingga minggu ke-50, tercatat 448 kasus demam berdarah. Puncak kasus DBD terjadi pada minggu ke-48 dengan 45 kasus. Kemudian terjadi penurunan menjadi 22 kasus pada minggu ke-50,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Jhonferi Sidabalok.
Saat memasuki minggu ke-51 dalam kalender epidemiologi, diharapkan upaya bersama dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) serentak. Selama empat siklus dengan jarak siklus tujuh hari dapat memutus rantai penularan DBD. Menurutnya, wilayah yang masuk kawasan rawan kasus DBD, yakni Kelurahan Madurejo, Sidorejo, Mendawai, Pasir Panjang, dan Kelurahan Baru. ”Kami mengimbau masyarakat agar selalu meningkatkan kewaspadaan dan melaksanakan 3M Plus secara rutin, karena hal ini dianggap sebagai langkah paling efektif dalam pencegahan,” katanya. (sam/ign)