SAMPIT – Penurunan angka kemiskinan di Indonesia masih menjadi perhatian pemerintah pusat maupun daerah. Di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), penurunan angka kemiskinan menjadi tantangan bagi Pemkab Kotim.
”Kemiskinan ekstrem di Kotim memang sudah habis, tapi yang masih dianggap miskin cukup banyak. Ini tantangan bagi pemerintah daerah bagaimana menyusun ataupun menyatukan program, agar warga kita yang miskin menjadi tidak miskin lagi," ujar Bupati Kotim Halikinnor.
Penanggulangan kemiskinan menjadi salah satu isu strategis tidak hanya bagi pemerintah daerah, tetapi juga nasional. Berdasarkan data tahun 2022, angka kemiskinan di Kotim sebesar 5,95 persen, turun menjadi 5,69 persen pada tahun 2023 atau turun 0,26 persen dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 26.570 orang.
”Kemiskinan di Kotim turun setiap tahun, tetapi angkanya masih cukup tinggi, ini menjadi beban kita bagaimana warga-warga kita yang miskin ini bisa terlepas dari kemiskinan," tuturnya.
Saat ini, kata Halikinnor, penurunan kemiskinan menjadi isu penting yang menjadi perhatian khusus pemerintah pusat dan daerah. Bahkan, sebagaimana arahan Presiden Republik Indonesia, meminta pemerintah kabupaten agar melaksanakan percepatan penghapusan kemiskinan ekstrem di wilayahnya masing-masing yang ditargetkan sebesar 0 persen.
Terkait upaya pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan, Pemkab Kotim melalui Dinas Sosial telah membuat inovasi untuk mempermudah update data kemiskinan dengan aplikasi Sistem Informasi Pendataan Terpadu-Usulan Keluarga Miskin (SIPET ULIN).
Aplikasi ini merupakan inovasi transformasi berbasis digital android untuk menyediakan data acuan kebutuhan dan kebijakan pembangunan Kabupaten Kotim khususnya dalam program data terpadu pengentasan kemiskinan dan secara efektif akan memberikan manfaat dalam penyediaan data kemiskinan yang valid dan nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas program pengentasan kemiskinan.
Kotim dengan segala sumber daya alam yang melimpah masih dihadapkan pada masalah yang cukup serius, yakni tingginya garis kemiskinan. Warga miskin di Kotim terus merasakan beban kemiskinan yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.
Penyebab yang mendasari tingginya tingkat kemiskinan berkaitan dengan masalah yang lebih dalam, yaitu ketidaktersediaan data yang memadai mengenai kemiskinan di wilayah ini.
Aplikasi SIPET ULIN untuk mengidentifikasi dalam upaya menyuguhkan database menangani kemiskinan. Diharapkan adanya aplikasi itu dapat mempermudah masyarakat agar benar-benar terdata sebagai warga miskin yang berhak atas bantuan dari pemerintah.
SIPET ULIN memberikan data yang lebih akurat dan terperinci mengenai keluarga miskin di Kotim. Informasi ini tidak hanya mencakup jumlah keluarga yang memerlukan bantuan, tetapi juga karakteristik, demografis, dan sosial yang akan membantu dalam merancang program-program yang lebih tepat sasaran.
Diharapkan melalui aplikasi SIPET ULIN dapat mengatasi masalah kemiskinan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Data ini memberikan acuan organisasi perangkat daerah dan swasta dalam intervensi program pengentasan kemiskinan dan merancang langkah-langkah yang lebih efektif untuk mengurangi tingkat kemiskinan. (yn/ign)