KUALA KURUN - Berdasarkan prakiraan dari Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah Kabupaten Gunung Mas (Gumas) akan memasuki puncak musim kemarau pada Bulan Agustus 2024 hingga akhir Bulan September.
Untuk itu, seluruh masyarakat diimbau mewaspadai kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sejak dini di lingkungan masing-masing.
"Di musim kemarau, kami ingin masyarakat selalu aktifkan kewaspadaan dan pengawasan dalam mencegah terjadi karhutla di lingkungan sekitar sejak dini," ucap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Gumas Lily Rusnikasi, Selasa (13/8).
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini juga mengatakan, jangan sampai terjadi karhutla terlebih dahulu, baru sibuk dipadamkan. Menurutnya, kalau masih banyak waktu melakukan persiapan dalam pengawasan lingkungan sekitar, maka lakukan secepatnya. Jangan hanya menunggu.
"Saya juga meminta kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk selalu menyediakan peralatan pemadaman, sehingga mampu mencegah terjadinya karhutla semakin meluas," paparnya.
Lily juga mengingatkan kepada masyarakat, agar jangan terlena dan tetap waspada terhadap cuaca panas yang saat ini terjadi Kabupaten Gumas. Masyarakat jangan sampai mengendurkan pengawasan mereka untuk memcegah terjadinya karhutla.
"Contohnya kepada petugas pemadam kebakaran, agar selalu mempersiapkan pasokan air, serta rutin melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk melihat hotspot atau titik api," tegasnya.
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Bupati Gumas Herson B Aden menyatakan, karhutla merupakan salah satu masalah serius yang selalu dihadapi setiap tahun, terutama musim kemarau. Dampak dari kebakaran itu sangat luas, mulai dari kerusakan lingkungan, kesehatan masyarakat, hingga kerugian ekonomi. Penanganan dan pencegahan karhutla memerlukan perhatian dan kerjasama seluruh pihak.
"Prioritas utama adalah melakukan pencegahan sedini mungkin, sehingga tidak terjadi karhutla. Akan tetapi kalau karhutla terjadi, maka dalam antisipasi karhutla yakni ketika kebakaran baru terjadi, dan belum menjalar dan berdampak pada daerah yang luas," paparnya.
Dalam pencegahan karhutla lanjut Herson, diharapkan agar melakukan sosialisasi dan edukasi bahaya bencana karhutla, patroli rutin, pemetaan wilayah rawan karhutla, pemasangan spanduk imbauan bahaya membakar hutan dan lahan, mendirikan pos komando di wilayah rawan bencana karhutla.
"Langkah sinergitas pencegahan karhutla harus diupayakan, dalam antisipasi potensi kerawanan karhutla. Ini dilakukan agar kejadian karhutla bisa ditekan," tandasnya. (arm/gus)