SAMPIT – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mulai meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), seiring masuknya musim kemarau sejak 11 Juni lalu. Status siaga karhutla pun dalam waktu dekat kemungkinan diberlakukan, menyesuaikan dengan perkembangan kondisi lapangan.
“Hampir mendekati status siaga. Data awal dari BMKG, baik Metrologi Bandara Haji Asan Sampit maupun BMKG Tjilik Riwut Palangka Raya, menyatakan bahwa kita telah memasuki musim kemarau sejak 11 Juni,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kotim Multazam, Selasa (17/6).
Dijelaskannya, intensitas hujan di wilayah Kotim sudah jauh menurun. Hujan masih terjadi, namun dalam volume kecil, waktu singkat, dan hanya di beberapa titik. Pola ini menjadi indikator bahwa musim kemarau sudah mulai berjalan dan potensi kebakaran lahan semakin meningkat.
“Kita bisa lihat sehari-hari, hujannya sudah mulai jarang. Kalaupun turun, hanya sebentar, ringan, dan tidak merata. Di awal, hujan sempat masih turun di wilayah utara, tapi sekarang sudah menurun juga dari selatan sampai utara,” paparnya.
Menurut Multazam, meskipun belum terjadi peningkatan signifikan dalam jumlah kejadian, namun BPBD mencatat beberapa insiden kebakaran kecil mulai bermunculan. Salah satunya terjadi akibat pembukaan lahan dengan cara membakar, yang kemudian tidak terkendali karena kondisi lahan sangat kering dan rentan terbakar.
“Sudah ada kejadian kemarin, masyarakat membakar semak untuk buka lahan, tapi tidak menyadari lokasi itu sangat rawan meluas. Itu yang menjadi kekhawatiran kami,” paparnya.
Dari pantauan tim Masyarakat Peduli Api (MPA), sejumlah titik bekas kebakaran telah ditemukan di wilayah selatan, khususnya Kecamatan Mentaya Hilir Utara dan Mentaya Hilir Selatan. Tiga titik terdeteksi sebagai potensi bahaya, meskipun secara resmi baru satu kejadian yang dilaporkan.
“Dari data hotspot, ambang batasnya sudah dilewati. Kalau ada tiga titik saja itu sudah masuk kategori rawan. Hari ini memang titik api nol, tapi itu bisa berubah kapan saja,” tegas Multazam.
BPBD mencatat wilayah selatan Kotim masih menjadi daerah paling rawan karhutla. Fokus perhatian saat ini tertuju ke Kecamatan Pulau Hanaut yang memiliki akses darat terbatas, sehingga penanganan jika terjadi kebakaran menjadi sulit.
“Di Pulau Hanaut, kalau ditemukan kebakaran, langsung akan dipasang garis polisi. Kami sudah koordinasi dengan pihak kepolisian, dan mereka sangat sigap mendukung upaya pencegahan dan penegakan hukum,” imbuh Multazam.
Dirinya juga mengingatkan bahwa saat ini tidak ada toleransi terhadap pembukaan lahan dengan cara membakar. Pihaknya mengimbau masyarakat lebih arif dalam mengelola lahan, demi menjaga lingkungan dan mencegah bencana yang lebih besar.
“Kita harus berpikir jangka panjang. Tidak ada musimnya lagi untuk membakar. Lingkungan ini tanggung jawab kita bersama,” tutupnya. (yn/gus)