PANGKALAN BANTENG - Kemarau panjang menjadi bencana bagi petani maupun kebanyakan warga. Namun bagi penggali sumur, kemarau justru menjadi berkah. Banyak warga meminta jasanya untuk membuatkan sumur bor.
Seorang penggali sumur bor, Armain (45), mengaku belum sempat mengistirahatkan tubuhnya di luar jam tidur malam. Selesai mengerjakan satu sumur bor kemarin, hari itu juga dia mengerjakan ke tempat lain. Daftar panjang pesanan sudah mengantre hingga akhir pekan.
Ia menuturkan, sepekan ini pengguna jasanya berkutat di wilayah Pangkalan Banteng dan Pangkalan Lada. Kebanyakan pemesan jasanya tahun justru berasal dari daerah yang tahun-tahun sebelumnya selamat dari kekeringan. Namun tahun ini rupanya wilayah tersebut malah menjadi kawasan krisis air bersih.
”Dulu jarang sekali dapat pesanan sumur untuk wilayah atas (sebutan Pangkalan banteng dan Pangkalan Lada). Tahun ini banyak yang bilang kekeringan terparah,” katanya.
Semakin dalam tanah galian, semakin mahal bayaran. Ia mengaku bersyukur karena berkat kemarau, penghasilannya bertambah. Pesanan datang berkali lipat dari saat musim penghujan.
”Ya Alhamdulillah, kalau musim begini rezekinya ngalir terus,” ujarnya.
Selain pekerja sumur bor, ahli sumur gali juga tak mau ketinggalan. Turikan (40), salah satunya. Tukang gali spesialis sumur konvensional (gali) ini mengaku untuk tiap meter tanah yang digalinya pemesan harus membayar Rp 350 ribu. Itu sudah termasuk ongkos pemasangan dinding sumur dari cor beton.
”Satu paket pokoknya, gali sumur dengan pemasangan cor beton untuk dindingnya,” terangnya.
Pekerjaan menggali sumur tahun ini memang sedikit berbeda. Tahun sebelumnya, kedalaman enam sampai tujuh meter sudah muncul mata air. Tahun ini rata-rata kedalaman lebih dari sembilan meter baru muncul mata air.
”Makin dalam memang makin banyak yang didapat uangnya. Tapi mencari mata airnya juga lebih sulit daripada kemarau tahun lalu,” terangnya.
Selain makin sulit mencari mata air, persaingan jasa pembuat sumur bor juga makin terasa. ”Pakai bor itu kan yang modalnya besar, kita modalnya hanya tenaga dan insting untuk menemukan mata air yang sesuai untuk sumur pesanan warga,” katanya. (sla/yit)