PANGKALAN BUN – Kondisi dinding Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Baru, Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan (Arsel), sangat mengkhawatirkan. Karena takut ambruk, siswa kelas 1, 2a, dan 2b terpaksa masuk siang agar bisa bergantian ruang.
Bangunan retak cukup parah sebagian harus ditahan dengan kayu supaya tidak ambruk. Pihak sekolah khawatir ruangan ambruk secara tiba-tiba.
”Retaknya sudah lama, tapi bertambah parah sekitar semingguan ini, apalagi jika nanti musim penghujan akan sangat berbahaya bagi anak didik kami,” jelas Umi Kulsum, guru MIN Baru, Sabtu (10/10).
Kini tiga lokal yang bangunannya menjadi satu kesatuan tersebut tidak digunakan untuk aktivitas belajar mengajar. Bagian Sarana Prasarana Fat Fudin didampingi Kepala Tata Usaha (TU) MIN Baru Syamsul Bahri menambahkan, bangunan sekolah ini berdiri tahun 1998, kemudian mulai retak sekitar tahun 2011. Hingga sekarang belum ada penanganan atau penggantian gedung.
Retaknya gedung tersebut disinyalir akibat terkena getaran pada saat pembangunan gedung sekolah di sampingnya. Hingga beberapa tahun ini belum ada respon, tetapi baru beberapa hari lalu dari Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama mengecek ke lapangan.
”Baru beberapa hari lalu dicek pihak Kanwil, tapi baru sebatas mengecek. Harapan kita bisa segera dibenahi, karena selain membahayakan juga kekurangan ruangan,” jelasnya.
MIN kini kekurangan sekitar enam ruang kelas. Karena di masing-masing kelas ada dua ruangan sehingga jumlahnya 12 ruangan yang dibutuhkan. Sementara ruangan yang ada hanya enam saja. Saat ini ruangan perpustakaan juga digunakan untuk ruang kelas.
Pada tahun ajaran baru kemarin pihak sekolah juga tidak berani menerima siswa sampai dua ruangan. Padahal, peminat sekolah berbasis agama ini cukup banyak.
”Biasanya kelas satu kita ada dua kelas, sejak tahun ajaran baru kemarin kita tidak berani menerima banyak, termasuk tahun ajaran baru mendatang kalau kondisi sekolah masih seperti ini,” tuturnya.
Sejumlah orangtua wali murid juga khawatir jika gedung tersebut tidak segera dirobohkan justru akan membahayakan siswa di sekolah. (sam/yit)